Friday, September 21, 2018

KONSEP KEPERAWATAN ANAK SAKIT DAN BERBAGAI PENYAKIT DAN MASALAH – MASALAH KESEHATAN ANAK YANG LAZIM


KONSEP KEPERAWATAN ANAK SAKIT DAN BERBAGAI PENYAKIT DAN MASALAH – MASALAH KESEHATAN ANAK YANG LAZIM

  1. KONSEP DASAR PENYAKIT TETANUS
1.       Definisi Penyakit Tetanus
Penyakit tetanus adalah salah satu penyakit infeksi yang berbahaya karena dapat berdampak atau mempengaruhi sistem urat saraf dan otot.
Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang.
Penyakit ini adalah penyakit infeksi dimana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus ( Lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (Opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.

(http:// likalikuluke.multiply.com/journal/item/9+pengertian+Tetanus)

Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman klostridium tetani, yang bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksismal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masester dan otot rangka.
Klostridium tetani adalah kuman yang mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik ( tetanus spasmin ), yang mula – mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah. Selain di luar tubuh manusia, tersebar luas di tanah. Juga terdapat di tempat yang kotor, besi berkarat sampai pada tusuk sate bekas. Jika kondisi basil baik ( di dalam tubuh manusia ) akan mengeluarkan toksin. Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit, dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot.  ( Muttaqin 2008, p. 23 )
Penyakit tetanus kebanyakan terdapat pada anak – anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi tetanus ( DPT ), dan pada umumnya terdapat pada anak dari keluarga yang belum mengerti pentingnya imunisasi dan pemeliharaan kesehatan, seperti kebersihan lingkungan dan perorangan. Penyebab penyakit seperti pada tetanus neonatorum, yaitu : Clostridium tetani yang hidup anaerob, berbentuk spora selama di luar tubuh manusia, tersebar luas di tanah. Juga terdapat di tempat yang kotor, besi berkarat sampai pada tusuk sate bekas. Basil ini bila kondisinya baik ( di dalam tubuh manusia ) akan mengeluarkan toksin. Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang neurotropik yang menyebabkan ketegangan dan spasme otot. ( Ngastiyah 2005, p. 158 )

2.      Etiologi Penyakit Tetanus         
Adapun Penyebab penyakit dari penyakit tetanus, yaitu : Clostridium tetani yang hidup anaerob, berbentuk spora selama di luar tubuh manusia, tersebar luas di tanah. Juga terdapat di tempat yang kotor, besi berkarat sampai pada tusuk sate bekas. Basil ini bila kondisinya baik ( di dalam tubuh manusia ) akan mengeluarkan toksin. Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang neurotropik yang menyebabkan ketegangan dan spasme otot.  
( Ngastiyah 2005, p. 158 )
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2 - 5 x 0,4 – 0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan hidupnya anaerob. Spora dewasa mempunyai bagian yang berbentuk bulat yang letaknya di ujung, penabuh genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin) mula - mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit.  Di samping itu, terdapat pula tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam proses penyakit.  (http:// likalikuluke.multiply.com/journal/item/9+pengertian+Tetanus)
Selain penyebab di atas, dapat dilihat pula factor pendukung atau faktor predisposisi pada penyakit tetanus, antara lain : Usia anak-anak, luka yang dalam dan kotor, serta keadaan belum terimunisasi.
3.      Manifestasi Klinis
            Pada pasien yang mengalami tetanus, dapat dilihat beberapa tanda dan gejala atau manifestasi klinis, ( Ngastiyah 2005, p. 159 – 160 ), antara lain sebagai berikut :
-        Trismus ( kesukaran membuka mulut ) karena spasme otot - otot mastikatoris
-        Kaku kuduk sampai opistotonus ( karena ketegangan otot-otot trunki )
-        Ketegangan pada otot dinding perut
-        Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin yang terdapat pada cornu anterior
-        Risus sardonikus karena spasme otot - otot muka ( alis tertarik ke atas ) sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.
-        Kesukaran menelan, gelisah, irritabel, mudah dan sensitif pada rangsangan eksternal, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini.
-        Laringospasme dan tetani predisposisi untuk respiratory arrest, atelektasis dan pneumonia
-        Demam biasanya tidak ada atau ada tapi ringan. Bila ada demam kemungkinan prognosis buruk.
-        Tenderness pada otot otot leher dan rahang.
Selain manifestasi klinis di atas, adapun gambaran umum yang khas pada penderita penyakit tetanus, antara lain :
-        Badan kaku dengan epistotonus
-        Tungkai dalam ekstensi
-        Lengan kaku dan tangan mengepal
-        Biasanya keasadaran tetap baik
-        Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :
a.       Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan.
b.      Karena kontriksi sangat kuat. Dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur vertebralis ( pada anak-anak ), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat kejang suhu dapat naik 2 - 4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia dan sulit menelan.
4.      Patofisiologi
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti : luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Tetanus dapat terjadi bilamana tubuh mengalami luka dan kebanyakan luka tusuk yang dalam misalnya tertusuk paku, pecahan kaca, terkena kaleng, atau luka yang menjadi kotor; karena terjatuh  di tempat yang kotor atau kecelakaan dan timbul luka yang tertutup debu/kotoran. Juga dapat terjadi pada kondisi luka bakar dan patah tulang terbuka. Luka yang kotor/ tertutup memungkinkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan Clostridium tetani. Sebagai portal/ jalan masuk lainnya dapat juga luka gores yang ringan kemudian menjadi bernanah;  gigi berlubang yang dikorek dengan benda yang kotor atau luka yang dibersihkan dengan kain yang kotor.
Organisme multiple membentuk dua toksin yaitu tetanospasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi system saraf pusat. Kemudian tetanolsin yang tampaknya tidak significance. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah Pertama, toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa ke kornu anterior susunan saraf pusat. Kedua, Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat. Toksin tersebut bersifat seperti antigen, sangat mudah diikat oleh jaringan saraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Tetapi toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh antitoksin. Hal ini penting untuk pencegahan dan pengobatan penyakit tetanus ini. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang.  Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata rata 10 hari. Kasus yang sering terjadi adalah 14 hari. Sedangkan untuk neonatus biasanya pada hari ke - 5 sampai hari ke - 14. ( Ngastiyah 2005, p. 158 )

Load disqus comments

0 comments