Showing posts with label KEPERAWATAN. Show all posts
Showing posts with label KEPERAWATAN. Show all posts

Friday, September 21, 2018

KONSEP KEPERAWATAN ANAK SAKIT DAN BERBAGAI PENYAKIT DAN MASALAH – MASALAH KESEHATAN ANAK YANG LAZIM


KONSEP KEPERAWATAN ANAK SAKIT DAN BERBAGAI PENYAKIT DAN MASALAH – MASALAH KESEHATAN ANAK YANG LAZIM

  1. KONSEP DASAR PENYAKIT TETANUS
1.       Definisi Penyakit Tetanus
Penyakit tetanus adalah salah satu penyakit infeksi yang berbahaya karena dapat berdampak atau mempengaruhi sistem urat saraf dan otot.
Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang.
Penyakit ini adalah penyakit infeksi dimana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus ( Lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (Opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.

(http:// likalikuluke.multiply.com/journal/item/9+pengertian+Tetanus)

Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman klostridium tetani, yang bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksismal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masester dan otot rangka.
Klostridium tetani adalah kuman yang mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik ( tetanus spasmin ), yang mula – mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah. Selain di luar tubuh manusia, tersebar luas di tanah. Juga terdapat di tempat yang kotor, besi berkarat sampai pada tusuk sate bekas. Jika kondisi basil baik ( di dalam tubuh manusia ) akan mengeluarkan toksin. Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit, dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot.  ( Muttaqin 2008, p. 23 )
Penyakit tetanus kebanyakan terdapat pada anak – anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi tetanus ( DPT ), dan pada umumnya terdapat pada anak dari keluarga yang belum mengerti pentingnya imunisasi dan pemeliharaan kesehatan, seperti kebersihan lingkungan dan perorangan. Penyebab penyakit seperti pada tetanus neonatorum, yaitu : Clostridium tetani yang hidup anaerob, berbentuk spora selama di luar tubuh manusia, tersebar luas di tanah. Juga terdapat di tempat yang kotor, besi berkarat sampai pada tusuk sate bekas. Basil ini bila kondisinya baik ( di dalam tubuh manusia ) akan mengeluarkan toksin. Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang neurotropik yang menyebabkan ketegangan dan spasme otot. ( Ngastiyah 2005, p. 158 )

2.      Etiologi Penyakit Tetanus         
Adapun Penyebab penyakit dari penyakit tetanus, yaitu : Clostridium tetani yang hidup anaerob, berbentuk spora selama di luar tubuh manusia, tersebar luas di tanah. Juga terdapat di tempat yang kotor, besi berkarat sampai pada tusuk sate bekas. Basil ini bila kondisinya baik ( di dalam tubuh manusia ) akan mengeluarkan toksin. Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang neurotropik yang menyebabkan ketegangan dan spasme otot.  
( Ngastiyah 2005, p. 158 )
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2 - 5 x 0,4 – 0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan hidupnya anaerob. Spora dewasa mempunyai bagian yang berbentuk bulat yang letaknya di ujung, penabuh genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin) mula - mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit.  Di samping itu, terdapat pula tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam proses penyakit.  (http:// likalikuluke.multiply.com/journal/item/9+pengertian+Tetanus)
Selain penyebab di atas, dapat dilihat pula factor pendukung atau faktor predisposisi pada penyakit tetanus, antara lain : Usia anak-anak, luka yang dalam dan kotor, serta keadaan belum terimunisasi.
3.      Manifestasi Klinis
            Pada pasien yang mengalami tetanus, dapat dilihat beberapa tanda dan gejala atau manifestasi klinis, ( Ngastiyah 2005, p. 159 – 160 ), antara lain sebagai berikut :
-        Trismus ( kesukaran membuka mulut ) karena spasme otot - otot mastikatoris
-        Kaku kuduk sampai opistotonus ( karena ketegangan otot-otot trunki )
-        Ketegangan pada otot dinding perut
-        Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin yang terdapat pada cornu anterior
-        Risus sardonikus karena spasme otot - otot muka ( alis tertarik ke atas ) sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.
-        Kesukaran menelan, gelisah, irritabel, mudah dan sensitif pada rangsangan eksternal, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini.
-        Laringospasme dan tetani predisposisi untuk respiratory arrest, atelektasis dan pneumonia
-        Demam biasanya tidak ada atau ada tapi ringan. Bila ada demam kemungkinan prognosis buruk.
-        Tenderness pada otot otot leher dan rahang.
Selain manifestasi klinis di atas, adapun gambaran umum yang khas pada penderita penyakit tetanus, antara lain :
-        Badan kaku dengan epistotonus
-        Tungkai dalam ekstensi
-        Lengan kaku dan tangan mengepal
-        Biasanya keasadaran tetap baik
-        Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :
a.       Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan.
b.      Karena kontriksi sangat kuat. Dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur vertebralis ( pada anak-anak ), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat kejang suhu dapat naik 2 - 4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia dan sulit menelan.
4.      Patofisiologi
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti : luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Tetanus dapat terjadi bilamana tubuh mengalami luka dan kebanyakan luka tusuk yang dalam misalnya tertusuk paku, pecahan kaca, terkena kaleng, atau luka yang menjadi kotor; karena terjatuh  di tempat yang kotor atau kecelakaan dan timbul luka yang tertutup debu/kotoran. Juga dapat terjadi pada kondisi luka bakar dan patah tulang terbuka. Luka yang kotor/ tertutup memungkinkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan Clostridium tetani. Sebagai portal/ jalan masuk lainnya dapat juga luka gores yang ringan kemudian menjadi bernanah;  gigi berlubang yang dikorek dengan benda yang kotor atau luka yang dibersihkan dengan kain yang kotor.
Organisme multiple membentuk dua toksin yaitu tetanospasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi system saraf pusat. Kemudian tetanolsin yang tampaknya tidak significance. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah Pertama, toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawa ke kornu anterior susunan saraf pusat. Kedua, Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat. Toksin tersebut bersifat seperti antigen, sangat mudah diikat oleh jaringan saraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Tetapi toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh antitoksin. Hal ini penting untuk pencegahan dan pengobatan penyakit tetanus ini. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang.  Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata rata 10 hari. Kasus yang sering terjadi adalah 14 hari. Sedangkan untuk neonatus biasanya pada hari ke - 5 sampai hari ke - 14. ( Ngastiyah 2005, p. 158 )

Read more

Saturday, September 15, 2018

PENGERTIAN KERANGKA KONSEP


 Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Read more

PENGERTIAN SIKAP DAN PENJELASANYA


Sikap
1.         pengertian
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan dan penyakit) setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau besikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut (Menurut Notoadmodjo, 2007). Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (menurut Notoadmodjo, 2003).

Menurut Saiffudin, Azwar, 2003 menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah sebagai berikut :
a.         Pengalaman pribadi
b.         Pengaruh orang lain
c.         Pengaruh kebudayaan
d.        Media massa
e.         Lembaga pendidikan dan lembaga agama
f.          Pengaruh faktor emosional 
2.         Cara Mengukur Sikap
Skala pengukuran sikap menurut (Saiffudin, Azwar 2003) merupakan metode  pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Dalam pendekatan ini tidak diperlukan adanya kelompok panel penilai (judging group) dikarenakan nilai skala setiap pernyataan tidak akan ditentukan oleh derajat favorebel masing-masing akan tetapi ditentukan oleh distribusi respons setuju atau tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji-coba  (pilot studi).  Dengan metode ini, pernyataan sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan akan didasarkan pada rancangan skala yang telah ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan.
3.         Struktur Sikap terdiri atas 3 komponen menurut Saifuddin A, 2010 adalah sebagai berikut :
Terdiri atas 3 komponen sikap
a.         Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.
b.         Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional
c.         Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuatu dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.
4.         Skala Sikap
Skala sikap merupakan metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report   yang hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut skala sikap. Skala sikap (attitude scales ) berupa kumpulan pernyaatan-pernyataan mengenai suatu objek sikap dari respons subjek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. ( Azwar S, 2010).


Read more

PENGERTIAN PENGETAHUAN


Pengetahuan
1.         Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” disini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. ( Notoatmodjo, 2003)

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmdojo, 2007). Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefe) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation). (Soekanto, 2003 dalam  Mubarak :2007). Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat dari suatu hal termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atu pengamatan terhadap suatu objek tertentu. (Mubarak, dan kawan-kawan 2007).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan pengetahuan adalah hasil dari tahu terhadap suatu objek dan hasil dari kita mengingat sesuatu baik melalui dari proses belajar, pengalaman, pemikiran dan mendengar dari orang lain.
2.         Domain Pengetahuan
Notoatmodjo, 2007 mengatakan bahwa domain pengetahuan  sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang penelitian Rogers (dalam buku Notoatmdojo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan.
a.         Awareness (kesadaran) yakni dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b.         Interest (merasa  dimana tertarik) orang mulai tertarik terhadap stimulus atau suatu objek tersebut.
c.         Evaluation  (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).
d.        Trial, dimana orang (subjek) telah mulai mencoba  melakukan sesuatu yang baru sesuai dengan apa yang di kehendaki oleh stimulus.
e.         Adoption, dimana subjek sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
3.         Tingkatan Pengetahuan
Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu  melewati tahap-tahap tersebut pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni :
a.         Tahu ( know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima oleh sebab itu,  tahu ini merupakan tingkat bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein.
b.         Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,  meramaikan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.
c.         Aplikasi( application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi  atau kondisi ril (sebenarnya) aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan hasil penelitian dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan kasus yang diberikan.
d.        Analisis ( analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebaginya.
e.         Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam keseluruhan yang baru.
f.          Evaluasi ( evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
4.         Alat ukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yanga ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Notoatmodjo, 2007).
5.         Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan (menurut Notoadmodjo, 2003).
a.         Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru.
b.         Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.
c.         Kultur budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.
d.        Pengalaman
pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana pada seseorang dengan umur yang bertambah dan pendidikan yang lebih baik akan memudahkan dalam menyerap informasi yang diberikan serta bersikap lebih bijak.

Read more

PENGERTIAN HEMODIALISA DAN PENJELASANYA


Hemodialisa
1.         pengertian
Hemodialisa adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi ke dalam tubuh pasien. Hemodialisis memerlukan akses ke sirkulasi darah pasien suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke  dializen (tempat terjadi pertukaran cairan, elektrolit, dan zat sisa tubuh ) serta dialiser. (Baradero M, 2005). Segera setelah dialisis, berat badan pasien ditimbang, tanda vital diperiksa spesimen darah diambil untuk mengetahui kadar elektrolit serum dan zat sisa tubuh.


HD merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka panjang ataupun pendek ( beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit  ginjal stadium terminal (ESRD,end stage renal disese ) yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen (Smeltzer & Bare, 2002).
HD adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Terapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan ). (Muttaqin, 2011).
2.         Proses hemodialisa
Pada hemodialisa darah yang mengandung toksin dialihkan ke dialiser dibersihkan dan kemudian dikembalikan ke klien ketika darah dalam dialiser pompa penyesuaian mekanis menyebabkan cairan mengalir ke bagian lain membran. Toksin menyebar sepanjang membran dari darah ke dialisat asepsis ketat harus dijaga sepanjang prosedur salah satu aspek penting  hemodialisis adalah menjaga dan mempertahankan akses darah yang adekuat tanpanya hemodialisis tidak dapat dilakukan rute utama akses adalah kateter vena sentral untuk akses jangka pendek serta fistula arteriovena internal dan cangkok untuk dialisis kronis. (Black & Hawks, 2009).
3.          Menurut Mahdiana, 2011 beberapa Keuntungan dan kerugian hemodialisa adalah sebagai berikut :
a.       Keuntungan :
1.      Tidak perlu menyiapkan peralatan hemodialisa sendiri
2.         Kondisi pasien lebih terpantau karena prosedur hemodialisa dilakukan di rumah sakit oleh tenaga kesehatan terlatih.
3.         Jumlah protein yang hilang selama pada proses hemodialisa lebih sedikit.
b.      Kerugian :
1.    Fungsi ginjal yang tersisa cepat menurun
2.         Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat.
3.         Kadar hemoglobin lebih rendah, sehingga kebutuhan akan eritropoetin lebih tinggi.
4.         Kontraindikasi
Wahyuningsih (2011) dalam Maryani (2014), hemodialisis dapat dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami koagulopati, pasien dengan curah jantungya sangat rendah dengan sensitif terhadap perubahan mendadak pada status volume.
5.         Dialiser
  Beberapa jenis dialiser tersedia  termasuk piring rata dan alat acuan serat cekung pilihan sistem tertentu kebanyakan berdasarkan kesukaan ada perbedaan dalam kisaran pembersihan larut (misalnya ureum, kreatinin, molekul yang lebih besar) juga kisaran ultrafiltrasi.
6.         Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal melibatkan siklus berulang dialisat yang ditanamkan ke dalam rongga peritoneal memberikan waktu untuk pertukaran zat dan kemudian pembuangan dialisat posedurnya berguna baik untuk AFR maupun ESRD dan untuk ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Dialisis peritoneal telah digunakan untuk terapi overdosis obat dan toksin, tetapi karena pembersihannya sangat lambat dibandingkan dengan hemodialisis maka mungkin cara ini tidak cukup adekuat untuk tujuan tersebut.
Dialisis peritoneal khususnya digunakan untuk klien dengan penyakit kardiovaskuler berat khususnya yang masalahnya akan memburuk karena cepatnya perubahan volume ureum, glukosa, elektrolit, dan cairan yang terjadi sela hemodialisis beberapa dokter meresepkan dialisis peritoneal untuk klien diabetes untuk menurunkan resiko perdarahan retina terkait dengan penggunaan heparin. (Black & Hawks, 2009).
7.         Pembuatan “Akses “ untuk hemodialisa
Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, sebelumnya perlu dibuatkan akses untuk keluar dan masuknya darah dari tubuh. Akses untuk hemodialisis dapat bersifat temporer ( sementara) atau permanen.
Akses temporer yaitu berupa kateter yang dipasang pada pembuluh darah baik (vena) di daerah leher.

Tips perawatan akses temporer ( kateter)
a.         Cuci tangan sesering mungkin
b.         Jangan menyentuh kateter
c.         Jangan biarkan kateter tergesek atau terdorong oleh benda apapun, termasuk baju yang sedang anda kenakan.
d.        Jaga akan kateter senantiasa kering
Akses permanen  biasanya dibuat dengan menghubungkan salah satu pembuluh darah balik (vena) dengan pembuluh darah nadi (arteri) pada lengan bawah. Akses model fistula ini populer dengan nama cimino.
Jika meletakkan jari dibagian cimino, maka akan merasakan getaran yang ditimbulkan oleh aliran darah  pada cimino. Getaran ini perlu diperiksa secara berkala untuk memastikan bahwa aliran darah pada cimino tetap lancer.
Tips perawatan cimino :
a.         Jangan mengenakan pakaian ketat atau perhiasan di sekitar daerah cimino.
b.         Jangan mengukur tekanan darah, mengambil darah, atau melakukan infuse pada lengan yang terpasang cimino.
c.         Cuci tangan sesering mungkin dan juga agar daerah cimino dan sekitarnya senantiasa bersih.
(Mahdiana, 2011 : 50-51).
8.          Menurut Black dan Hawks, 2009 komplikasi yang dapat terjadi adalah :
a.         Masalah teknis seperti  kebocoran darah, pemantauan berlebihan dialisat, kehilangan cairan yang tidak mencukupi konsentasi yang tidak tepat akan garam dalam dialisat dan penggumpalan.
b.         Hipotensi atau hipertensi
c.         Kekacauan ritme jantung karena ketidakseimbangan kalium
d.        Embolus udara
e.         Perdarahan karena heparinisasi dengan masalah khusus perdarahan subdural retroperitoneal perikardial dan intravascular
9.         Komplikasi yang berhubungan dengan dialisis
Nyeri selama dialisis mungkin  disebabkan oleh instilasi yang cepat pH atau suhu dialisat yang salah akumulasi dialisat dibawah diafragma atau penyedotan berlebihan selama aliran keluar. Beberapa nyeri diperkirakan pada stadium awal tetapi seharusnya    menghilang setelah 1 sampai 2 minggu nyeri punggung bawah mungkin muncul dengan berlanjutnya prosedur dialisis karena berat abdominal mempengaruhi postur tubuh latihan yang tepat membantu meredakan masalah ini. ( Black & Hawks, 2009).

Read more