Saturday, September 15, 2018

PENJELASAN GAGAL GINJAL KRONIS/KRONIK



Gagal Ginjal Kronik
1.         Pengertian
Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,  menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Suharyanto & Madjid, 2009).

Gagal ginjal kronis (CRF) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transpalantasi ginjal) (Nursalam, 2006).
Gagal ginjal kronik terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup kerusakan pada kedua ginjal ini irreversible. eksaserbasi nefristis, obstruksi saluran kemih  kerusakan vaskuler akibat diabetes mellitus dan hipertensi yang berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan pembentukan jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif.(Baradero M, 2005).
Jadi, gagal ginjal kronik dapat disimpulkan suatu penyakit ginjal tahap akhir yang dimana ginjal mengalami kerusakan secara progresif dan ditandai dengan terjadinya uremia (retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah).
2.         Menurut Baradero M, 2005 Tahap perkembangan gagal ginjal kronik sebagai berikutr :
a.         Penurunan cadangan ginjal
1)        Sekitar 40-75 % nefron tidak berfungsi
2)        Laju filtrasi glomerulus 40-55 % normal
3)        BUN dan kreatinin serum masih normal
b.         Gagal ginjal
1)        75-80 % nefron tidak berfungsi
2)        Laju filtrasi glomerulus 20-40 % normal
3)        BUN dan kreatinin serum mulai meningkat
4)        Anemia ringan dan azotemia ringan
5)        Nokturia dan poliuria
c.         Gagal ginjal
1)        Laju filtrasi glomerulus 10-20 % normal
2)        BUN dan kreatinin serum meningkat
3)        Anemia, azotemia, dan asidosis metabolik
4)        Berat jenis urine
5)        Poliuria dan nokturia
6)        Gejala gagal ginjal
d.        End- stage renal disease (ESRD)
1)        Lebih dari 85 % nefron tidak berfungsi
2)        Laju filtrasi glomerulus kurang dari 10 % normal
3)        BUN dan kreatinin tinggi
4)        Anemia, azotemia, dan asidosis metabolik
5)        Berat jenis urine tetap 1,010
6)        Oliguria
3.         Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis akan tetapi, apapun sebabnya respons yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif, kondisi klinis yang memungkinkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.
Menurut Muttaqin dan Sari, 2011 penyebab GGK adalah sebagai berikut :
a.    Penyakit dari ginjal
1)         Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis
2)        Infeksi kuman : pylenefritis, ureteritis
3)        Batu ginjal
4)        Kista di ginjal : poleystis kidney
5)        Trauma langsung pada ginjal
6)        Keganasan pada ginjal
7)        Sumbatan : batu, tumor, penyempitan
b.         Penyakit umum di luar ginjal
1)        Penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
2)        Dyslipidemia
3)        SLE
4)        Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5)        Preeklamsi
6)        Obat-obatan
7)        Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)

4.         Patofisiologi
Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolism protein tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produksi sampah maka gejala semakin berat. Gangguan clearance renal  terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi penurunan laju filtrasi glomelurus dideteksi dengan memeriksa clearance kreatinin  dan peningkatan kadar kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan risiko hipotensi dan hipovolemia muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk.
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam basa yang berlebihan. Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan mengalami perdarahan akibat status uremik penderita, terutama dari saluran pencernaan. Eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah, dan produksi eritropoietin menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai dengan keletihan, angina, dan sesak nafas. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat, maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka meningkatkan kadar fosfat serum, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Tetapi, gagal ginjal tubuh tidak merespons normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, sehingga kalsium tulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. Demikian juga vitamin D yang dibentuk di ginjal menurun seiring perkembangan gagal ginjal. ( Price & Wilson, 2005).
5.         Manifestasi klinis
Karena pada GGK setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka penderita akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia penderita. Menurut Smeltzer & Bere (2002) tanda dan gejala pada GGK dibagi menjadi beberapa sistem, diantaranya :
a.         Sistem kardiovaskuler meliputi : hipertensi, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena leher.
b.         Sistem integument meliputi : warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c.         Sistem pulmonal : krekels, sputum kental, nafas dangkal.
d.        Sistem gastrointestinal :  nafas berbau ammonia, mual dan muntah, konstipasi dan diare serta perdaragan GI.
e.         Sistem neurologi : kelemahan dan keletihan, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
f.          Sistem muskuloskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang.
g.         Sistem reproduksi : amenora dan atrofi testikuler.
6.         Komplikasi
GGK mengakibatkan beberapa komplikasi diantaranya: perikarditis, hipertensi, anemia karena berkurangnya produksi hormon eritropoietin dan penyakit tulang karena gangguan metabolism mineral akibat dari ginjal tidak dapat mempertahankan kadar kalsium dan fosfat dalam darah (Cahyaningsih, 2011).
7.         Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada GGK adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis. Selain itu penatalaksanaanya adalah untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan mencegah komplikasi. Penatalaksanaan konservatif GGK dengan penentuan dan pengobatan penyebab, mengoptimalkan dan rumatan, keseimbangan garam dan air, koreksi obstruksi saluran kemih, deteksi awal penyakit dan pengobatan infeksi, pengendalian hipertensi, pembatasan diet ( rendah protein, tinggi kalori), pencegahan dan pengobatan penyakit tulang ginjal, modifikasi terapi obat dengan perubahan fungsi ginjal, deteksi dan pengobatan komplikasi. Terapi pengganti ginjal diantaranya hemodialisa, dialisis peritoneal, dan transplantasi ( Price & Wilson,2006).     


Load disqus comments

0 comments