Gagal
Ginjal Kronik
1.
Pengertian
Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap
akhir merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah) (Suharyanto & Madjid, 2009).
Gagal ginjal kronis (CRF) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan
ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam
darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transpalantasi
ginjal) (Nursalam, 2006).
Gagal ginjal kronik terjadi apabila
kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk
kelangsungan hidup kerusakan pada kedua ginjal ini irreversible. eksaserbasi nefristis, obstruksi saluran kemih kerusakan vaskuler akibat diabetes mellitus
dan hipertensi yang berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan pembentukan
jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara
progresif.(Baradero M, 2005).
Jadi, gagal ginjal
kronik dapat disimpulkan suatu penyakit ginjal tahap akhir yang dimana ginjal
mengalami kerusakan secara progresif dan ditandai dengan terjadinya uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen dalam darah).
2.
Menurut
Baradero M, 2005 Tahap
perkembangan gagal ginjal kronik sebagai berikutr :
a.
Penurunan cadangan ginjal
1)
Sekitar 40-75 % nefron tidak berfungsi
2)
Laju filtrasi glomerulus 40-55 % normal
3)
BUN dan kreatinin serum masih normal
b.
Gagal ginjal
1)
75-80 % nefron tidak berfungsi
2)
Laju filtrasi glomerulus 20-40 % normal
3)
BUN dan kreatinin serum mulai meningkat
4)
Anemia ringan dan azotemia ringan
5)
Nokturia dan poliuria
c.
Gagal ginjal
1)
Laju filtrasi glomerulus 10-20 % normal
2)
BUN dan kreatinin serum meningkat
3)
Anemia, azotemia, dan asidosis metabolik
4)
Berat jenis urine
5)
Poliuria dan nokturia
6)
Gejala gagal ginjal
d.
End-
stage renal disease (ESRD)
1)
Lebih dari 85 % nefron tidak berfungsi
2)
Laju filtrasi glomerulus kurang dari 10
% normal
3)
BUN dan kreatinin tinggi
4)
Anemia, azotemia, dan asidosis metabolik
5)
Berat jenis urine tetap 1,010
6)
Oliguria
3.
Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa
menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis akan tetapi, apapun sebabnya respons
yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif, kondisi klinis
yang memungkinkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.
Menurut Muttaqin dan Sari, 2011 penyebab
GGK adalah sebagai berikut :
a.
Penyakit dari ginjal
1)
Penyakit pada saringan (glomerulus) :
glomerulonefritis
2)
Infeksi kuman : pylenefritis, ureteritis
3)
Batu ginjal
4)
Kista di ginjal : poleystis kidney
5)
Trauma langsung pada ginjal
6)
Keganasan pada ginjal
7)
Sumbatan : batu, tumor, penyempitan
b.
Penyakit umum di luar ginjal
1)
Penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi,
kolesterol tinggi
2)
Dyslipidemia
3)
SLE
4)
Infeksi di badan : TBC paru, sifilis,
malaria, hepatitis
5)
Preeklamsi
6)
Obat-obatan
7)
Kehilangan banyak cairan yang mendadak
(luka bakar)
4.
Patofisiologi
Fungsi renal menurun karena produk akhir
metabolism protein tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya
uremia dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produksi
sampah maka gejala semakin berat. Gangguan clearance
renal terjadi akibat penurunan
jumlah glomerulus yang berfungsi penurunan laju filtrasi glomelurus dideteksi
dengan memeriksa clearance
kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan
hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angiotensin dan
kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam
mengakibatkan risiko hipotensi dan hipovolemia muntah dan diare menyebabkan
perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk.
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak
mampu mensekresi asam basa yang berlebihan. Anemia terjadi akibat produksi
eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi
nutrisi, dan kecenderungan mengalami perdarahan akibat status uremik penderita,
terutama dari saluran pencernaan. Eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal,
menstimulasi sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah, dan produksi
eritropoietin menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai dengan
keletihan, angina, dan sesak nafas. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat tubuh
memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat, maka fungsi yang
lain akan menurun. Dengan menurunya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka
meningkatkan kadar fosfat serum, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar
kalsium menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Tetapi, gagal
ginjal tubuh tidak merespons normal terhadap peningkatan sekresi parathormon,
sehingga kalsium tulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan
penyakit tulang. Demikian juga vitamin D yang dibentuk di ginjal menurun
seiring perkembangan gagal ginjal. ( Price & Wilson, 2005).
5.
Manifestasi
klinis
Karena pada GGK setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka penderita akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
kondisi lain yang mendasari dan usia penderita. Menurut Smeltzer & Bere
(2002) tanda dan gejala pada GGK dibagi menjadi beberapa sistem, diantaranya :
a.
Sistem kardiovaskuler meliputi :
hipertensi, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena leher.
b.
Sistem integument meliputi : warna kulit
abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, kuku tipis dan rapuh,
rambut tipis dan kasar.
c.
Sistem pulmonal : krekels, sputum
kental, nafas dangkal.
d.
Sistem gastrointestinal : nafas berbau ammonia, mual dan muntah,
konstipasi dan diare serta perdaragan GI.
e.
Sistem neurologi : kelemahan dan
keletihan, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,
perubahan perilaku.
f.
Sistem muskuloskeletal : kram otot,
kekuatan otot hilang.
g.
Sistem reproduksi : amenora dan atrofi
testikuler.
6.
Komplikasi
GGK mengakibatkan beberapa komplikasi diantaranya:
perikarditis, hipertensi, anemia karena berkurangnya produksi hormon
eritropoietin dan penyakit tulang karena gangguan metabolism mineral akibat
dari ginjal tidak dapat mempertahankan kadar kalsium dan fosfat dalam darah
(Cahyaningsih, 2011).
7.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada GGK adalah
untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis. Selain itu
penatalaksanaanya adalah untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan
mencegah komplikasi. Penatalaksanaan konservatif GGK dengan penentuan dan
pengobatan penyebab, mengoptimalkan dan rumatan, keseimbangan garam dan air,
koreksi obstruksi saluran kemih, deteksi awal penyakit dan pengobatan infeksi,
pengendalian hipertensi, pembatasan diet ( rendah protein, tinggi kalori),
pencegahan dan pengobatan penyakit tulang ginjal, modifikasi terapi obat dengan
perubahan fungsi ginjal, deteksi dan pengobatan komplikasi. Terapi pengganti
ginjal diantaranya hemodialisa, dialisis peritoneal, dan transplantasi ( Price
& Wilson,2006).
0 comments