Sunday, August 26, 2018

KONSEP MANAJEMEN KONFLIK


KONSEP MANAJEMEN KONFLIK




A.    Manajmen Konflik
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.

Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.


B.     Teori tentang konflik
Teori konflik menurut Karl Marx terjadi karena adanya pemisahan kelas di dalam masyarakat, kelas sosial tersebut antara kaum borjuis dan kaum proletar, di mana kaum borjuis yang mempunyai modal atas kepemilikkan sarana-sarana produksi sehingga dapat menimbulkan pemisahan kelas dalam masyarakat. Karl Marx menunjukkan bahwa dalam masyarakat pada abad ke-19 di Eropa terdiri dari kelas pemilik modal (kaum borjuis) dan kelas pekerja miskin (kaum proletar). Kedua kelas tersebut tentunya berada dalam struktur sosial hierarki yang jelas sekali perbedaannya. Dengan jahatnya kaum borjuis kepada kaum proletar maka kaum borjuis memanfaatkan tenaga dari kaum proletar. Kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi, keadaan seperti ini akan terus berjalan selama beriringnya waktu, karena kaum proletar yang pasrah, menerima keadaan yang sudah ada, kaum proletar menganggap bahwa dirinya itu sudah takdirnya menjadi buruh atau kaum pekerja. Dari ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar yang disebut revolusi, hal ini bisa terjadi karena adanya kesadaran dari kaum proletar yang dieksploitasi kepada kaum borjuis, dari kesadaran tersebut menjadikan persaingan yang merebutkan kekuasaan, sehingga lahir tatanan kelas masyarakat pemenang yang kemudian mampu membentuk tatanan ekonomi dan peradaban yang maju dalam masyarakat.

Teori konflik menurut Dahrendorf dalam setiap kelompok seseorang berada dalam posisi dominan berupaya mempertahankan status quo yang berarti orang tersebut mempertahankan keadaan sekarang yang tetap seperti keadaan sebelumnya. Sedangkan masyarakat yang dalam posisi marginal atau kaum yang terpinggirkan berusaha mengadakan perubahan. Konflik dapat merupakan proses penyatuan dan pemeliharaan stuktur sosial. Jadi tidak selamanya konflik itu bersifat negatif ada juga segi positifnya. Konflik dapat saling menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok, konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak terpecah ke dalam dunia sosial sekelilingnya. Misalnya perang yang terjadi di Timur Tengah antara Saudi Arabia dan Israel yang telah memperkuat identitas kelompok masing-masing negara.

Teori konflik menurut Coser dibagi menjadi dua, yang pertama konflik realistis dan konflik non realistis. Konflik realistis berasal dari kekecewaan terhadap adanya tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan yang ditujukan kepada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya seperti para karyawan perusahaan yang melakukan mogok kerja supaya gaji mereka dapat dinaikkan oleh atasannya. Sedangkan konflik non realistis berasal dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan yang paling tidak dari salah satu pihak. Contohnya pada masyarakat yang buta huruf yang dalam membalaskan dendamnya dengan pergi ke dukun santet supaya dendam-dendamnya terbayarkan, sedangkan pada masyarakat maju yang melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan untuk melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.
Sumber: journal.uin-alauddin.ac.id yang di tulis oleh Muhammad Rusydi Rasyid tahun 2015

Teori konflik menurut Max Weber baginya konflik merupakan unsur dasar kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat tentunya memiliki pertentangan-pertentangan dan pertentangan tersebut tidak bisa dilenyapkan dari kehidupan masyarakat. Max Weber juga menyatakan bahwa masalah kehidupan modern dapat dirujuk ke sumber materialnya yang riil (misalnya struktur kapitalisme). Bagi Max Weber konflik sebagai suatu sistem otoritas atau sistem kekuasaan, dimana kekuasaan cenderung menaruh kepercayaan kepada kekuatan. Orang yang kuat itulah yang akan berkuasa. Sedangkan otoritas adalah kekuasaan yang dilegitimasikan artinya kekuasaan yang dibenarkan. Tindakan manusia itu di dorong oleh kepentingan-kepentingan bukan saja kepentingan materiil melainkan juga oleh kepentingan-kepentingan ideal. Oleh karena itu, antara konflik dan integrasi akan terjadi di dalam masyarakat.

C.    Sumber Konflik
1.      Konflik dalam diri pribadi atau individu ( Intraindividual Cinflict)

From: lichtopleren.wordpress.com
A.    Konflik yang bersangkut paut dengan tujuan yang akan di capai (Goal Conflict)
Menurut wijono, terdapat tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak di capai adalah sebagai berikut :
a.      Appoarch-appoarch conflict, yaitu kondisi dimana seseorang di dorong untuk melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan bahlan lebih, namun tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah antara satu dengan yang lain
b.      Appoarch-avoidance Conflict, yaitu kondisi dimana seseorang didorong untuk melakukan pendekatan pada persoalan-persoalan yang mengacu dalam satu tujuan dan pada waktu yang bersamaan didorong untuk melakukan pada persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapat megandung nilai positif dan negatif bagi orang yang mengalami konflik tersebut
c.       Avoidance-avoidance conflict, yaitu kondisi dimana seseorag didorong untuk menghindari dua atau lebih permasalahan yang berdampak negatif tapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain
Dalam kasus ini, Appoarch-appoarch conflict merupakan jenis konflik yang memiliki resiko paling kecil dan mudah untuk di atasi ketimbang jenis konflik yang lain serta akibatnya tidak begitu fatal.
2.      Konflik yang bersangkut paut dengan ambigius dan peran


From: bukubiruku.com
Di dalam suatu organisasi atau kelompok, konflik seringkali tejadi sebab adanya perbedaan ambigus dan peran dalam tanggung jawab dan tugas terhadap sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan-harpan yang telah ditetapkan dalam sebuah kelompok atau organisasi.
House dan Filey menyimpulkan atas hasil penyelidikan keputusan mengenai konflik peran dalam organisasi, yang dicatat dalam indikasi-indikasi yang dipengaruhi oleh 4 variabel inti yaitu :
a)      Memiliki kesadaran akan terjadinya konflik peran
b)      Menerima situasi dan kondisi jika muncul konflik yang bisa membuat tekanan-tekanan dalam tugas
c)      Mempunyai kemampuan untuk mentolelir stress
d)     Memperkuat sifat kepribadian lebih tahan dalam menghadapi konflik yang muncul dalam sebuah kelompok atau organisasi.
Stevenin berpendapat bawasannya ada beberapa faktor yang mendasari munculnya konflik antar pribadi dalam sebuah organisasi, contoh  ;
1.      Pemecahan masalah sederhana. Fokus tertuju pada peyelesaian masalah dan orang-orangnya tidak mendapatkan perhatian utama
2.      Kompromi. Kedua belah pihak bersedia untuk saling memberi dan menerima, tapi tidak langsung setuju pada suatu masalah yang sebenarnya. Waspadailah konflik emosi yang tidak pernah di sampaikan kepada manajer kadang-kadang kedua belah pihak tidak puas
3.      Ketidak sepakatan. Tingkat konflik seperti ini di tandai dengan pendapat yang dipedebatkan. Mengambil sifat menjaga jatak. Sebagau manajer, perlu memanfaatkan dan memberitahuakan aspek-aspek yang sehat antara ketidak sepakatan tanpa membiarkan adanya perpecah belahan dalam kelomopok
4.      Kalah atau menang. Hal ini adalah ketidak sepakatan antara kedua belah pihak yang dibarengi sikap bersaing yang amat kuat, pada tingkat ini seringkali gagasan dan pendapat orang lain kurang dihargai. Sebagian di antaranya akan melakukan berbagai macam cara untuk memenangkan perdebatan
5.      Pertarungan. Konflik macam ini adalah “penenembak misterius”. Orang-orang yang terlibat dalam konflik ini akan saling menembak dari jarak dekat kemudian mundur untuk menyelamatkan diri, Jika amarah meledak, emosi menguasai akal sehat dan orang-0orang saling berselisih.
6.      Keras kepala, Konflik macam ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”. Satu-satunya kasih karunia yang meyelamatkan dalam konflik adalah karena biasana hal ini tetap mengacu pada pemikiran yang logis, Meski demikian tidak ada kompromi sehingga tidak ada penyelesaian antara kedua belah pihak
7.      Penyangkalan, konflik macam ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit untuk diatasi keran tidak adanya komunikasi secara terang-terangan. Konflik hanya di pendam sendiri. Konflik yang tidak bisa di ungkapkan adalah konflik yang tidak bisa diselesaikan.

D.    Katergori Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi
1.    Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
a.       Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
b.      Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
c.       Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
d.      Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acapkali menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
a.       Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
b.      Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
c.       Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2.    Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3.    Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.

4.    Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
5.    Konflik antara organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.

E.     Tahap/Proses Konflik
1.    Tahap I Potensi Oposisi dan Ketidakcocokan
Kondisi yang menciptakan terjadinya konflik meskipun kondisi tersebut tidak mengarah langsung ke konflik. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh :
a.       Komunikasi yg kurang baik dalam organisasi shg menimbulkan
b.      ketidaknyamanan antar anggota organisasi.
c.       Struktur Tuntutan pekerjaan menyebabkan ketidaknyamanan antar anggota organisasi
d.      Variabel Pribadi
e.       Ketidaksukaan pribadi atas individu lain
2.    Tahap II Kognisi dan Personalisasi
Apabila pada tahap I muncul kondisi yang negatif, maka pada tahap ini kondisi tersebut didefinisikan, sesuai persepsi pihak yang berkonflik.
a.       Konflik yang dipersepsikan : kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya konflik yang menciptakan peluang terjadinya konflik
b.      Konflik yang dirasakan : keterlibatan emosional saat konflik yang menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi, atau kekerasan.
3.    Tahap III Maksud
Keputusan u/ bertindak dgn cara tertentu
a.    Persaingan : keinginan memuaskan kepentingan seseorang, tidak mempedulikan dampak pada pihak lain dalam konflik tsb.
b.    Kolaborasi : situasi yg di dalamnya pihak2 yg berkonflik sepenuhnya saling memuaskan kepentingan semua pihak.
c.    Penghindaran : keinginan menarik diri dari konflik
d.   Akomodasi : kesediaan satu pihak dlm konflik u/ memperlakukan kepentingan pesaing di atas kepentingannya sendiri.
e.    Kompromi : satu situasi yg di dalamnya masing2 pihak ygberkonflik bersedia mengorbankan sesuatu.
4.    Tahap IV Perilaku
Pada tahap ini konflik tampak nyata, mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yg dibuat pihak2 yg berkonflik.
5.   Tahap V Hasil
Pada tahap ini konflik dapat ditentukan apakah merupakan Konflik Fungsional atau Konflik Disfungsional.

F.     Tahapan Penglola Konflik
Setiap orang memiliki teknik clan cara memecahkan konflik yang berbeda. Faktor yang memengaruhi pemecahan konflik adalah sebagai berikut.
1.        Pengalaman masa kecil, misalnya ketika orang tua membantu memecahkan permasalahan (konflik) yang terjadi antara Anda clan saudara Anda.
2.        Pengalaman saat belajar di sekolah, misalnya ketika guru memecahkan permasalahan yang terjadi antarteman.
3.        Pengetahuan tentang teknik pemecahan masalah.
4.        Tingkat kecerdasan emosi (EQ) yang belum terbentuk dengan baik. Kecenderungan menggunakan logika dalam segala hal.
5.        Tingkat kedewasaaan seseorang. Sikap positif, karakter, kepribadian dan usia seseorang akan memengaruhi caranya memecahkan konflik.
6.        Media yang sering dilihat, seperti media televisi, majalah, tabloid, atau koran. Media-media ini akan menginspirasi seseorang dalam hal cara memecahkan sebuah konflik.
7.        Saran dari orang terdekat. Cara ini sering dilakukan dengan berkonsultasi.
Pada dasarnya orang akan menggunakan informasi, pengetahuan clan pengalaman yang dimiliki untuk bisa mengatasi konflik. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi konflik, di antaranya:
1.    Tidak perlu menyelesaikan konflik karena, menurut Anda tidak ada gunanya menghadapi konflik tersebut.
Cara ini biasanya digunakan untuk menyelesaikan konflik individu yang bertujuan kurang baik, misalnya konflik yang mengarah ke sikap menjatuhkan. Penanggulangan konflik dengan cara ini akan menciptakan keharmonisan dalam kelompok.
2.    Menaklukkan pihak lawan dengan cara clan waktu yang tepat. Cara seperti ini digunakan apabila:
a.                  Isi Anda benar di mata teman atau orang lain;
b.                  Anda punya alasan yang lebih kuat;
c.                  Ada tujuan yang pasti dari diri Anda dalam mempertahankan persepsi;
d.                 Lawan cenderung telah mengintimidasi dan menuju ke arah yang tidak baik (cenderung agresif dan menyerang);
e.                  Unsur mengganggunya sangat tinggi.
3.    Berkomunikasi intensif dan selalu menjaga hubungan baik dengan pihak Lawan.
Cara seperti ini dilakukan apabila:
a.   Lawan adalah teman baik Anda.
b.         Lawan adalah atasan atau orang penting untuk usaha Anda.
c.          Lawan adalah anggota keluarga Anda.
d.         Hal-hal yang bisa menjatuhkan reputasi, karir dan bisnis Anda karena konflik tersebut.
Apabila menggunakan cara ini, yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut.
a.              Bernegosiasi (win-win solution).
b.              Berkomunikasi untuk mengurai sebab dan akibatnya terlebih dahulu.
c.              Mendengar dan memperhatikan terlebih dahulu, jangan bertindak terlalu agresif atau reaktif.
d.             Jaga emosi sebaik mungkin.
4.    Menciptakan komitmen dan kesepakatan demi kebaikan tim atau organisasi.
Dengan cara ini, Anda harus melakukan negosiasi untuk menciptakan solusi yang bersifat win-win solution, yang Baling menguntungkan, sebagai jalan tengahnya. Cara seperti ini efektif digunakan untuk:
a.              Lawan adalah orang yang masih bisa diajak kompromi.
b.              Kerugian besar bagi Anda bila konflik terns berlangsung dan berlarut-larut.
c.              Konflik sudah mengganggu kesibukan, waktu, dan pekerjaan sehingga harus segera. diselesaikan.
5.    Menyelesaikan konflik secepatnya agar tugas dan kehormatan kelompok atau usaha tidak terganggu.
Cara ini digunakan apabila:
a.              Anda di posisi yang lebih baik dari lawan Anda;
b.              Anda seorang pemimpin (leader) dalam sebuah kelompok



DAFTAR PUSTAKA
Sumber: journal.uin-alauddin.ac.id yang di tulis oleh Muhammad Rusydi Rasyid tahun 2015
http://drholix.wixsite.com/megalomania/single-post/2017/06/03/Jenis---Jenis-dan-Sumber-Konflik-dalam-Organisasi
http://rizkie-library.blogspot.com/2016/02/manajemen-konflik-definisi-penyebab-dan.html

Load disqus comments

0 comments