KONSEP MANAJEMEN
KONFLIK
A.
Manajmen Konflik
Manajemen
konflik merupakan
serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu
konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi
kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang
berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang
akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara
pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993)
bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil
para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah
hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa
penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan,
hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat
melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan
atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga.
Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada
pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka
mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
B.
Teori tentang konflik
Teori konflik
menurut Karl Marx terjadi karena adanya pemisahan kelas di dalam masyarakat,
kelas sosial tersebut antara kaum borjuis dan kaum proletar, di mana kaum
borjuis yang mempunyai modal atas kepemilikkan sarana-sarana produksi sehingga
dapat menimbulkan pemisahan kelas dalam masyarakat. Karl Marx menunjukkan bahwa
dalam masyarakat pada abad ke-19 di Eropa terdiri dari kelas pemilik modal
(kaum borjuis) dan kelas pekerja miskin (kaum proletar). Kedua kelas tersebut
tentunya berada dalam struktur sosial hierarki yang jelas sekali perbedaannya.
Dengan jahatnya kaum borjuis kepada kaum proletar maka kaum borjuis
memanfaatkan tenaga dari kaum proletar. Kaum borjuis melakukan eksploitasi
terhadap kaum proletar dalam proses produksi, keadaan seperti ini akan terus
berjalan selama beriringnya waktu, karena kaum proletar yang pasrah, menerima
keadaan yang sudah ada, kaum proletar menganggap bahwa dirinya itu sudah
takdirnya menjadi buruh atau kaum pekerja. Dari ketegangan hubungan antara kaum
proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar yang
disebut revolusi, hal ini bisa terjadi karena adanya kesadaran dari kaum
proletar yang dieksploitasi kepada kaum borjuis, dari kesadaran tersebut
menjadikan persaingan yang merebutkan kekuasaan, sehingga lahir tatanan kelas
masyarakat pemenang yang kemudian mampu membentuk tatanan ekonomi dan peradaban
yang maju dalam masyarakat.
Teori konflik
menurut Dahrendorf dalam setiap kelompok seseorang berada dalam posisi dominan
berupaya mempertahankan status quo yang berarti orang tersebut mempertahankan
keadaan sekarang yang tetap seperti keadaan sebelumnya. Sedangkan masyarakat
yang dalam posisi marginal atau kaum yang terpinggirkan berusaha mengadakan
perubahan. Konflik dapat merupakan proses penyatuan dan pemeliharaan stuktur sosial.
Jadi tidak selamanya konflik itu bersifat negatif ada juga segi positifnya.
Konflik dapat saling menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok,
konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan
melindunginya agar tidak terpecah ke dalam dunia sosial sekelilingnya. Misalnya
perang yang terjadi di Timur Tengah antara Saudi Arabia dan Israel yang telah
memperkuat identitas kelompok masing-masing negara.
Teori konflik menurut Coser dibagi menjadi dua, yang pertama konflik realistis dan konflik non realistis. Konflik realistis berasal dari kekecewaan terhadap adanya tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan yang ditujukan kepada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya seperti para karyawan perusahaan yang melakukan mogok kerja supaya gaji mereka dapat dinaikkan oleh atasannya. Sedangkan konflik non realistis berasal dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan yang paling tidak dari salah satu pihak. Contohnya pada masyarakat yang buta huruf yang dalam membalaskan dendamnya dengan pergi ke dukun santet supaya dendam-dendamnya terbayarkan, sedangkan pada masyarakat maju yang melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan untuk melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.
Sumber: journal.uin-alauddin.ac.id
yang di tulis oleh Muhammad Rusydi Rasyid tahun 2015
Teori konflik
menurut Max Weber baginya konflik merupakan unsur dasar kehidupan masyarakat.
Di dalam masyarakat tentunya memiliki pertentangan-pertentangan dan
pertentangan tersebut tidak bisa dilenyapkan dari kehidupan masyarakat. Max
Weber juga menyatakan bahwa masalah kehidupan modern dapat dirujuk ke sumber
materialnya yang riil (misalnya struktur kapitalisme). Bagi Max Weber konflik
sebagai suatu sistem otoritas atau sistem kekuasaan, dimana kekuasaan cenderung
menaruh kepercayaan kepada kekuatan. Orang yang kuat itulah yang akan berkuasa.
Sedangkan otoritas adalah kekuasaan yang dilegitimasikan artinya kekuasaan yang
dibenarkan. Tindakan manusia itu di dorong oleh kepentingan-kepentingan bukan
saja kepentingan materiil melainkan juga oleh kepentingan-kepentingan ideal.
Oleh karena itu, antara konflik dan integrasi akan terjadi di dalam masyarakat.
C.
Sumber Konflik
1.
Konflik dalam diri pribadi atau
individu ( Intraindividual Cinflict)
From: lichtopleren.wordpress.com
A.
Konflik yang bersangkut paut
dengan tujuan yang akan di capai (Goal Conflict)
Menurut
wijono, terdapat tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak di
capai adalah sebagai berikut :
a.
Appoarch-appoarch conflict, yaitu kondisi dimana seseorang di dorong untuk melakukan
pendekatan positif terhadap dua persoalan bahlan lebih, namun tujuan-tujuan
yang dicapai saling terpisah antara satu dengan yang lain
b.
Appoarch-avoidance
Conflict,
yaitu kondisi dimana seseorang didorong untuk melakukan pendekatan pada
persoalan-persoalan yang mengacu dalam satu tujuan dan pada waktu yang
bersamaan didorong untuk melakukan pada persoalan-persoalan tersebut dan
tujuannya dapat megandung nilai positif dan negatif bagi orang yang mengalami
konflik tersebut
c.
Avoidance-avoidance
conflict,
yaitu kondisi dimana seseorag didorong untuk menghindari dua atau lebih
permasalahan yang berdampak negatif tapi tujuan-tujuan yang dicapai saling
terpisah satu sama lain
Dalam
kasus ini, Appoarch-appoarch conflict merupakan jenis konflik yang
memiliki resiko paling kecil dan mudah untuk di atasi ketimbang jenis konflik
yang lain serta akibatnya tidak begitu fatal.
2.
Konflik
yang bersangkut paut dengan ambigius dan peran
From: bukubiruku.com
Di dalam suatu organisasi
atau kelompok, konflik seringkali tejadi sebab adanya perbedaan ambigus dan
peran dalam tanggung jawab dan tugas terhadap sikap-sikap, nilai-nilai dan
harapan-harpan yang telah ditetapkan dalam sebuah kelompok atau organisasi.
House dan Filey menyimpulkan atas
hasil penyelidikan keputusan mengenai konflik peran dalam organisasi, yang
dicatat dalam indikasi-indikasi yang dipengaruhi oleh 4 variabel inti yaitu :
a)
Memiliki kesadaran akan terjadinya konflik peran
b)
Menerima situasi dan kondisi jika muncul konflik yang bisa
membuat tekanan-tekanan dalam tugas
c)
Mempunyai kemampuan untuk mentolelir stress
d)
Memperkuat sifat kepribadian lebih tahan dalam menghadapi
konflik yang muncul dalam sebuah kelompok atau organisasi.
Stevenin berpendapat bawasannya ada beberapa faktor yang
mendasari munculnya konflik antar pribadi dalam sebuah organisasi, contoh
;
1. Pemecahan masalah
sederhana. Fokus tertuju pada peyelesaian masalah dan orang-orangnya
tidak mendapatkan perhatian utama
2. Kompromi. Kedua belah pihak
bersedia untuk saling memberi dan menerima, tapi tidak langsung setuju pada
suatu masalah yang sebenarnya. Waspadailah konflik emosi yang tidak pernah di
sampaikan kepada manajer kadang-kadang kedua belah pihak tidak puas
3. Ketidak sepakatan. Tingkat konflik
seperti ini di tandai dengan pendapat yang dipedebatkan. Mengambil sifat
menjaga jatak. Sebagau manajer, perlu memanfaatkan dan memberitahuakan
aspek-aspek yang sehat antara ketidak sepakatan tanpa membiarkan adanya
perpecah belahan dalam kelomopok
4. Kalah atau menang. Hal ini adalah
ketidak sepakatan antara kedua belah pihak yang dibarengi sikap bersaing yang
amat kuat, pada tingkat ini seringkali gagasan dan pendapat orang lain kurang
dihargai. Sebagian di antaranya akan melakukan berbagai macam cara untuk memenangkan
perdebatan
5. Pertarungan. Konflik macam ini
adalah “penenembak misterius”. Orang-orang yang terlibat dalam konflik ini akan
saling menembak dari jarak dekat kemudian mundur untuk menyelamatkan diri, Jika
amarah meledak, emosi menguasai akal sehat dan orang-0orang saling berselisih.
6. Keras kepala, Konflik macam ini
adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”. Satu-satunya kasih
karunia yang meyelamatkan dalam konflik adalah karena biasana hal ini tetap
mengacu pada pemikiran yang logis, Meski demikian tidak ada kompromi sehingga
tidak ada penyelesaian antara kedua belah pihak
7. Penyangkalan, konflik macam ini
adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit untuk diatasi keran tidak
adanya komunikasi secara terang-terangan. Konflik hanya di pendam sendiri.
Konflik yang tidak bisa di ungkapkan adalah konflik yang tidak bisa
diselesaikan.
D.
Katergori Konflik
Menurut James A.F.
Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik
interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan
konflik antar organisasi
1.
Konflik
Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik
seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama
seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri
seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
a.
Sejumlah
kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
b.
Beraneka
macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan
itu terlahirkan.
c.
Banyaknya
bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
d.
Terdapatnya
baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang
diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi
seseorang terhadap lingkungannya acapkali menimbulkan konflik. Kalau konflik
dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal
yaitu :
a.
Konflik
pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama menarik.
b.
Konflik
pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan
yang sama menyulitkan.
c.
Konflik
penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2.
Konflik
Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan
antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau
keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status,
jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Konflik interpersonal ini merupakan suatu
dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam
ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang
tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3.
Konflik
antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara
individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan
kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa
seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat
mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
4.
Konflik
antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe konflik yang
banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf,
pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar
kelompok.
5.
Konflik
antara organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana
Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan
konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan
pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk
baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber
daya secara lebih efisien.
E.
Tahap/Proses Konflik
1.
Tahap
I Potensi Oposisi dan Ketidakcocokan
Kondisi yang menciptakan terjadinya konflik
meskipun kondisi tersebut tidak mengarah langsung ke konflik. Kondisi ini
antara lain disebabkan oleh :
a.
Komunikasi
yg kurang baik dalam organisasi shg menimbulkan
b.
ketidaknyamanan
antar anggota organisasi.
c.
Struktur
Tuntutan pekerjaan menyebabkan ketidaknyamanan antar anggota organisasi
d.
Variabel
Pribadi
e.
Ketidaksukaan
pribadi atas individu lain
2.
Tahap
II Kognisi dan Personalisasi
Apabila pada tahap I muncul kondisi yang
negatif, maka pada tahap ini kondisi tersebut didefinisikan, sesuai persepsi
pihak yang berkonflik.
a.
Konflik
yang dipersepsikan : kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya konflik yang
menciptakan peluang terjadinya konflik
b.
Konflik
yang dirasakan : keterlibatan emosional saat konflik yang menciptakan
kecemasan, ketegangan, frustasi, atau kekerasan.
3.
Tahap
III Maksud
Keputusan u/ bertindak dgn cara tertentu
a.
Persaingan
: keinginan memuaskan kepentingan seseorang, tidak mempedulikan dampak pada
pihak lain dalam konflik tsb.
b.
Kolaborasi
: situasi yg di dalamnya pihak2 yg berkonflik sepenuhnya saling memuaskan
kepentingan semua pihak.
c.
Penghindaran
: keinginan menarik diri dari konflik
d.
Akomodasi
: kesediaan satu pihak dlm konflik u/ memperlakukan kepentingan pesaing di atas
kepentingannya sendiri.
e.
Kompromi
: satu situasi yg di dalamnya masing2 pihak ygberkonflik bersedia mengorbankan
sesuatu.
4.
Tahap
IV Perilaku
Pada tahap ini konflik tampak nyata, mencakup
pernyataan, tindakan dan reaksi yg dibuat pihak2 yg berkonflik.
5. Tahap V Hasil
Pada tahap ini konflik dapat ditentukan
apakah merupakan Konflik Fungsional atau Konflik Disfungsional.
F.
Tahapan Penglola Konflik
Setiap orang memiliki teknik clan cara
memecahkan konflik yang berbeda. Faktor yang memengaruhi pemecahan konflik
adalah sebagai berikut.
1.
Pengalaman masa kecil, misalnya ketika orang
tua membantu memecahkan permasalahan (konflik) yang terjadi antara Anda clan
saudara Anda.
2.
Pengalaman saat belajar di sekolah, misalnya
ketika guru memecahkan permasalahan yang terjadi antarteman.
3.
Pengetahuan tentang teknik pemecahan masalah.
4.
Tingkat kecerdasan emosi (EQ) yang belum
terbentuk dengan baik. Kecenderungan menggunakan logika dalam segala hal.
5.
Tingkat kedewasaaan seseorang. Sikap positif,
karakter, kepribadian dan usia seseorang akan memengaruhi caranya memecahkan
konflik.
6.
Media yang sering dilihat, seperti media
televisi, majalah, tabloid, atau koran. Media-media ini akan menginspirasi
seseorang dalam hal cara memecahkan sebuah konflik.
7.
Saran dari orang terdekat. Cara ini sering
dilakukan dengan berkonsultasi.
Pada dasarnya orang akan menggunakan
informasi, pengetahuan clan pengalaman yang dimiliki untuk bisa mengatasi
konflik. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi konflik, di
antaranya:
1.
Tidak perlu menyelesaikan konflik karena,
menurut Anda tidak ada gunanya menghadapi konflik tersebut.
Cara ini biasanya digunakan untuk
menyelesaikan konflik individu yang bertujuan kurang baik, misalnya konflik
yang mengarah ke sikap menjatuhkan. Penanggulangan konflik dengan cara ini akan
menciptakan keharmonisan dalam kelompok.
2.
Menaklukkan pihak lawan dengan cara clan
waktu yang tepat. Cara seperti ini digunakan apabila:
a.
Isi Anda benar di mata teman atau orang lain;
b.
Anda punya alasan yang lebih kuat;
c.
Ada tujuan yang pasti dari diri Anda dalam
mempertahankan persepsi;
d.
Lawan cenderung telah mengintimidasi dan
menuju ke arah yang tidak baik (cenderung agresif dan menyerang);
e.
Unsur mengganggunya sangat tinggi.
3.
Berkomunikasi intensif dan selalu menjaga
hubungan baik dengan pihak Lawan.
Cara seperti ini dilakukan apabila:
a.
Lawan adalah teman baik Anda.
b.
Lawan adalah atasan atau orang penting untuk
usaha Anda.
c.
Lawan adalah anggota keluarga Anda.
d.
Hal-hal yang bisa menjatuhkan reputasi, karir
dan bisnis Anda karena konflik tersebut.
Apabila menggunakan cara ini, yang harus Anda
lakukan adalah sebagai berikut.
a.
Bernegosiasi (win-win solution).
b.
Berkomunikasi untuk mengurai sebab dan
akibatnya terlebih dahulu.
c.
Mendengar dan memperhatikan terlebih dahulu,
jangan bertindak terlalu agresif atau reaktif.
d.
Jaga emosi sebaik mungkin.
4.
Menciptakan komitmen dan kesepakatan demi
kebaikan tim atau organisasi.
Dengan cara ini, Anda harus melakukan negosiasi untuk
menciptakan solusi yang bersifat win-win solution, yang Baling menguntungkan,
sebagai jalan tengahnya. Cara seperti ini efektif digunakan untuk:
a.
Lawan adalah orang yang masih bisa diajak
kompromi.
b.
Kerugian besar bagi Anda bila konflik terns
berlangsung dan berlarut-larut.
c.
Konflik sudah mengganggu kesibukan, waktu,
dan pekerjaan sehingga harus segera. diselesaikan.
5.
Menyelesaikan konflik secepatnya agar tugas
dan kehormatan kelompok atau usaha tidak terganggu.
Cara ini digunakan apabila:
a.
Anda di posisi yang lebih baik dari lawan
Anda;
b.
Anda seorang pemimpin (leader) dalam sebuah
kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: journal.uin-alauddin.ac.id yang di
tulis oleh Muhammad Rusydi Rasyid tahun 2015
http://drholix.wixsite.com/megalomania/single-post/2017/06/03/Jenis---Jenis-dan-Sumber-Konflik-dalam-Organisasi
http://rizkie-library.blogspot.com/2016/02/manajemen-konflik-definisi-penyebab-dan.html
0 comments