MANAJEMEN PERANCANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Perencanaan Sebagai Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan sebuah metode
yang diterapkan dalam praktek keperawatan. Ia juga merupakan sebuah konsep
dengan pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu,
teknik, dan keterampilan interpersonal untuk memenuhi kebutuhan
klien/keluarganya.
Proses keperawatan pertama kali dijelaskan
oleh Hall pada tahun 1955. Selanjutnya proses keperawatan ini
mengalami perkembangan sebagai berikut:
TAHUN
|
TOKOH
|
PERKEMBANGAN
|
1967
|
Yura & Walsh
|
Penjabaran proses
keperawatan menjadi 4 proses, yaitu: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi
|
1973
|
Publikasi proses
keperawata semakin meningkat
|
|
ANA
|
Menggunakan proses
keperawatan sebagai pedoman dalam pengembangan standar praktek
keperawatan.
|
|
1974
|
Bloch
|
Memberi tambahan proses
keperawatan menjadi 5 tahapan yaitu: pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi.
|
1975
|
Roy
|
|
1976
|
Aspinal
|
Seiring berkembangnya waktu, proses
keperawatan telah dianggap sebagai dasar hukum praktek keperawatan dan telah
digunakan sebagai kerangka konsep kurikulum keperawatan. Bahkan saat ini
definisi dan tahapan keperawatan telah digunakan sebagai dasar pengembangan
praktek keperawatan, sebagai kriteria dalam program sertifikasi, dan standar
aspek legal praktek keperawatan.
Proses keperawatan dapat didefenisikan
berdasarkan tiga dimensi yaitu: tujuan, organisasi, dan
property/karaktersitik.
1.
Tujuan
Tujuan proses keperawatan secara
umum adalah membangun kerangka konsep untuk memenuhi kebutuhan
individu klien, keluarga, dan masyarakat.
Sedangkan menurut Yura dan walsh (1983),
proses keperawatan merupakan suatu tahapan desain tindakan yang digunakan untuk
memenuhi tujuan keperawatan, antara lain:
·
Mempertahankan kondisi kesehatan optimal
pasien
·
Melakukan tindakan untuk
mengembalikan kondisi pasien menjadi normal kembali
·
Memfasilitasi kualitas kehidupan yang
maksimal berdasarkan kondisi pasien sehingga ia bisa mencapai derajat kehidupan
yang baik
2.
Organisasi
Berdasarkan dimensi
organisasi, proses keperawatan dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu: pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kelima tahapan ini merupakan
proses terorganisir yang mengatur pelaksanaan asuhan keperawatan berdasarkan
rangkaian pengelolaan klien secara sistematik
3.
Karekteristik
Terdapat 6 karakteristik
dari proses keperawatan itu, antara lain: (1) tujuan, (2)
sistematik; (3) dinamik; (4) interaktif; (5) Fleksibel; dan (6) Teoritis.
Penjabaran dari karakteristik tersebut dapat dilihat, berikut ini:
1) Tujuan :
memiliki tujuan jelas yaitu untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan pada klien
2) Sistematik:
menggunakan pendekatan yang terorganisir dalam mencapai tujuan.
Sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta menghindari terjadinya
kesalahan
3) Dinamik: proses
keperawatan dilakukan secara berkesinambungan. Serta ditujukan
untuk mengatasi perubahan respon klien yang diidentikan
melalui hubungan antara perawat dengan klien
4) Interaktif:
proses keperawatan memiliki dasar hubungan yaitu hubungan timbal
balik antara perawat, klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain.
5) Fleksibel:
fleksibilitas proses keperawatan ini dapat dilihat dalam dua konteks, yaitu:
a. Dapat diadopsi dalam
praktek keperawatan dalam situasi apapun, baik dalam kaitannya dengan individu,
keluarga, atau masyarakat
b. Tahapannya dapat
dilakukan berurutan sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak.
6) Teoritis :
setiap langkah dalam keperawatan selalu berdasarkan pada konsep ilmu
keperawatan.
Berdasarka karakter teoritis ini, maka asuhan
keperawatan pada klien hendaknya menekankan pada tiga aspek penting, antara
lain
a.
Humanistic : memandang dan memperlakukan
klien sebagai manusia
b.
Holistic : intervensi keperawatan harus
memenuhi kebutuhan dasar manusia secara utuh, yakni bio-psiko-sosio-spiritual.
c.
Care: asuhan keperawatan yang diberikan
hendaknya berlandaskan pada standar praktek keperawatan dank ode etik
keperawatan.
B. Perencanaan dalam manajmen keperawatan
-
Perumusan
visi, misi dan motto institusi keperawatan
VISI
"Menjadi program studi Ners terkemuka dan bermartabat dalam
bidang keperawatan profesional berbasis riset dengan kemitraan masyarakat pada
tingkat nasional dan internasional tahun 2022"
MISI
1)
Melaksanakan pendidikan Ners profesional yang unggul, terkemuka
dan bermartabat dengan kemitraan masyarakat.
2)
Melaksanakan penelitian keperawatan berbasis ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berfokus pada upaya pemberdayaan masyarakat.
3)
Berperan serta dalam penerapan ilmu keperawatan melalui pengabdian
kepada masyarakat dengan kerjasama dalam dan luar negeri.
4)
Berperan serta dalam pengembangan ilmu keperawatan melalui
menjalin kerjasama dengan institusi lain meliputi asosiasi profesi, asosiasi
pendidikan, institusi pendidikan lain didalam dan diluar negeri dan pemerintah.
TUJUAN
1.
Meningkatkan mutu lulusan Ners yang berkarakter dan bermartabat,
berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan sesuai profil perawat
nasional Indonesia.
2.
Meningkatkan dukungan untuk mahasiswa dalam rangka pemerataan dan
perluasan akses pendidikan
3.
Meningkatkan mutu penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan yang bermitra dengan masyarakat
4.
Meningkatkan mutu dan jumlah kegiatan pengabdian kepada
masyarakat.
5.
Meningkatkan mutu tata kelola yang baik di layanan pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta kerjasama.
6.
Meningkatkan jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dengan
berbagai lembaga pemerintah/swasta di dalam dan luar negeri.
MOTO
“CARE”
C : Costumer Satisfaction = Mengutamakan Kepuasan Pelanggan
A : Attention : Penuh perhatian
R : Responsif : Tanggap terhadap setiap masalah pasien
E : Empaty : Turut merasakan apa yang dirasakan pasien.
-
Jenis
perencanaan dalam manajmen keperawatan
Perencaan merupakan fungsi
organik manajemen yang merupakan dasar atau titik tolak dan kegiatan pelaksaan
kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Perencanaan tenaga
keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain lingicungan (external
change), keputusan , organisasi yang dapat berbentuk pensiun, pemutusan
hubungan kerja (PHK), dan kematian. Perencaan ketenagaan merupakan suatu proses
yang kompleks, yang memerlukan ketelitian dalam menerapkan jumlah tenaga yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi
Jenis – Jenis Perencanaan Keperawatan
1.
Berdasarkan luasnya
1.
Strategic; rencana yang berlaku bagi
organisasi secara keseluruhan, menjadi sasaran umum organisasi tersebut, dan
berusaha menetapkan organisasi tersebut kedalam lingkungannya
2.
Operasional; rencana yang memerinci detail
cara mencapai sasaran menyeluruh
2.
Berdasarkan karangka waktu
1.
Jangka panjang
2.
Jangka pendek
3.
Berdasarkan kehususan
1.
Pengarahan; rencana yang fleksibel dan yang
menjadi pedoman umum
2.
Pemerinci; rencana yang mendefenisikan
dengan jelas dan tidak memberuang untuk penafsiran
4.
Berdasarkan frekuensi
1.
Sekali pakai; rencana yang digunakan satu
kali saja yang yang secara kusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan situasi
yang unik
2.
Terus menerus; rencana yang berkesinambungan
yang menjadi pedoman bagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang
-
Perencanaan
Sumber daya Manusia Keperawatan
Untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas perlu didukung oleh
beberapa faktor baik fasilitas maupun sumber daya manusia secara kualitas
maupun kuantitas yang tersedia di unit pelayanan rumah sakit. Salah satu cara
untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu di unit pelayanan
rumah sakit adalah dengan mengembangkan kemampuan individu dan perencanaan
tenaga keperawatan’ yang sesuai dengan tujuan organisasi. Perencanaan
ketenagaan harus sesuai kebutuhan dan tujuan pelayanan keperawatan yaitu
pelayanan keperawatan yang optimal dan efektif.
Perencanaan
ketenagaan merupakan proses yang komplek, perlu ketelitian dalam menerapkan
jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam pencapaian
tujuan. Kualitas dan kuantitas tenaga perlu ditata dalam melaksanakan kegiatan
melalui penjadualan yang sistimatis dan terencana dengan baik sehingga kegiatan
yang dilakukan dapat berhasil guna dan berdaya guna.
Perencanaan
tenaga ( staffing ) merupakan salah satu fungsi yang penting dalam organisasi,
termasuk organisasi keperawatan. Keberhasilan organisasi juga ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusia yang ada.
Perencanaan
SDM adalah proses mengantisipasi dan membuat ketentuan (persyaratan) untuk
mengatur arus gerakan tenaga kerja ke dalam, di dalam, dan ke luar organisasi,
Arthur W Sherman dan Goerge W Bohlander, dalam Hadari Nawawi, 1997:137.
Sementara
menurut G Steiner, dikatakan bahwa perencanaan SDM merupakan perencanaan yang
bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam
mencapai tujuan, melalui strategi pengembangan kontribusi pekerjanya di masa
depan.
Dari
ke dua definisi yang disebut di atas, sementara dapat disimpulkan bahwa
perencanaan SDM merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya
merencanakan dalam mengantisipasi masa depan.
Perencanaan
SDM sebagai suatu kegiatan merupakan proses bagaimana memenuhi kebutuhan tenaga
kerja saat ini dan masa datang bagi sebuah organisasi. Dalam memenuhi kebutuhan
tenaga kerja saat ini, maka proses perencanaan SDM berarti usaha untuk
mengisi/menutup kekurangan tenaga kerja baik secara kuantitas maupun kualitas.
Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja di masa datang, perencanaan SDM
lebih menekankan adanya usaha peramalan (forecasting) mengenai ketersediaan
tenaga kerja yang didasarkan pada kebutuhan sesuai dengan rencana bisnis di
masa datang. Dengan kata lain, tujuan perencanaan SDM adalah untuk
mempergunakan SDM seefektif mungkin agar memiliki sejumlah pekerja yang
memenuhi persyaratan/kualifikasi dalam mengisi posisi yang kosong kapanpun dan
apapun posisi tersebut. Dengan tersedianya informasi tentang kebutuhan dan
kualifikasi yang diinginkan, maka dalam pelakasanaan rekrutmen, seleksi,
penempatan, pemeliharaan, pengembangan, dan pemberian kesejahteraan karyawan
akan lebih mudah dan terkendali.
Sedangkan
menurut Safarudin Alwi, 2001:143, dikatakan bahwa perencanaan SDM adalah
perencanaan yang disusun pada tingkat operasional yang diajukan untuk memenuhi
permintaan SDM dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Perencanaan SDM pada
dasarnya dibutuhkan ketika perencanaan bisnis sebagai implementasi visi dan misi
perusahaan telah ditetapkan. Visi perusahaan sebagai pemandu arah sebuah bisnis
kemana akan menuju dan dengan strategi apa bisnis tersebut akan dijalankan.
Berawal dari strategi bisnis tersebut kemudian strategi perencanaan SDM apa
yang akan dipilih. Strategi SDM yang dipilih dan ditetapkan sangat menentukan
kebutuhan SDM seperti apa yang akan diinginkan, baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Sementara perencanaan SDM menurut Graham dan
Benet dalam Safarudin Alwi, 2001:148, dikatakan bahwa perencanaan SDM sebagai
upaya memproyeksikan berapa banyak 6 karyawan dan macam apa yang dibutuhkan
organisasi dimasa yang akan datang.
Sebenarnya
masih banyak lagi definisi tentang perencanaan SDM yang bisa diangkat, namun
dari beberapa definisi yang disebut di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa
perencanaan SDM merupakan proses menentukan kebutuhan SDM, secara kuantitatif
dan kualitatif untuk mencapai tujuan strategik organisasi melalui fungsi-fungsi
MSDM dalam jangka pendek maupun jangka panjang secara efektif dan efisien.
Proses Perencanaan SDM
Proses
perencanaan SDM untuk masa kini dan masa datang sangat dipengaruhi oleh dua
faktor penentu, yakni faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor
internal perusahaan seperti adanya karyawan yang memasuki batas usia pensiun,
meninggal dunia, keluar/berhenti kerja, rotasi, dan kemungkinan promosi
jabatan. Sedangkan faktor eksternal antara lain ketatnya persaingan bisnis,
cepatnya perkembangan teknologi, dan tingkat ketertgantungan (interdependent)
antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, serta ketergantungan antara satu
Negara dengan Negara lain. Begitu rentannya organisasi/perusahaan yang hidup
dan tumbuh di tengah-tengah perubahan yang cepat, sehingga perencanaan SDM
mutlak dibutuhkan selaras mengikuti rencana strategi bisnis yang akan diwujudkan.
Rangkaian
pelaksanaan perencanaan SDM yang terintegrasi dengan rencana strategi bisnis
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang menurut Hadari Nawawi, 1997:144
adalah sebagai berikut:
1.
Dalam proses perencanaan strategi bisnis, beberapa organisasi/perusahaan
akan melakukan: a) Menyusun rencana strategi bisnis dengan perspektif jangka
panjang (5-10 tahun) atau lebih di masa mendatang. b) Menyusun rencana
operasional bisnis yang dijabarkan dalam rencana strategi dengan perspektif
jangka sedang (3-5 tahun) di masa mendatang. c) Menyusun rencana tindakan
berupa anggaran dengan perspektif tahunan yang menggambarkan kegiatan bisnis
yang akan dilaksanakan selama satu tahun (tahunan) dengan menyediakan anggaran
tertentu untuk dapat diwujudkan.
2.
Dalam kegiatan perencanaan SDM
a)
Pada tahap awal perencanaan SDM mengidentifikasi isu-isu
berdasarkan komponenkomponen di dalam rencana strategi bisnis jangka panjang.
Beberapa komponen yang bisa dijadikan isu perencanaan SDM antara lain (1)
filsafat perusahaan, (2) laporan hasil 7 penelitian tentang hal-hal seputar
lingkungan bisnis, (3) tujuan-tujuan dan sasaran strategis yang akan dicapai,
dan (4) hasil analisis SWOT perusahaan
b)
Pada tahap selanjutnya hasil analisis isu digunakan sebagai
masukan dari perencanaan operasional jangka menengah ke dalam tahap kegiatan
perkiraan kebutuhan SDM dalam proses perencanaan SDM.
c)
Hasil perkiraan kebutuhan SDM tersebut dijadikan masukan secara
integral dalam penyusunan anggaran tahunan ke dalam langkah perencanaan SDM.
Secara skematis, pengaruh dari ketiga tingkatan perencanaan bisnis terhadap
perencanaan
-
Tujuan
perencanaan SDM Keperawatan
Tujuan
perencanaan SDM menurut Hasibuan (2008) adalah untuk:
-
Menentukan
kualitas dan kuantitas karywan yang akan mengisi semua
jabatan dalam perusahaan
jabatan dalam perusahaan
-
Menjamin
tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa depan,
sehingga setiap pekerjaan ada yang mengerjakannya.
sehingga setiap pekerjaan ada yang mengerjakannya.
-
Menghindari
terjadinya mismanajemen dan tumpang tindih dalam
pelaksanaan tugas.
pelaksanaan tugas.
-
Mempermudah
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS) sehingga
produktivitas kerja meningkat.
produktivitas kerja meningkat.
-
Menghindari
kekurangan dan atau kelebihan karyawan
-
Pedoman dalam pengembangan, menetapkan
kompensasi, program
penarikan, pengintegrasian,
seleksi, pemeliharaan,
kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan
-
Pedoman
dalam melaksanakan mutasi dan pensiun karyawan Penilaian karyawan.
-
Perhitungan
SDM Keperawatan
Tenaga perawat merupakan tulang punggung bagi
rumah Sakit. Oleh sebab itu perlu disusun metode perencanaan tenaga perawat
yang cocok terhadap kebutuhan rumah sakit dan kebutuhan pelanggan.
CARA RASIO
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur
sebagai denominator personal yang diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan
karena sederhana dan mudah. Permenkes 262 / Menkes / per / VII / 1979. menyebutkan
bahwa kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit adalah perbandingan jumlah tempat
tidur dibandingkan dengan jumlah perawat sebagai berikut :
Tipe RS
|
TM/TT
|
TPP/TT
|
TPNP/TT
|
TNM/TT
|
A & B
|
1/(4-7)
|
(3-4)/2
|
1/3
|
1/1
|
C
|
1/9
|
1/1
|
1/5
|
3/4
|
D
|
1/15
|
½
|
1/6
|
2/3
|
Khusus
|
Disesuaikan
|
Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
Secara umum penetapan jumlah tenaga keperawatan
dijabarkan sebagai berikut :
1.
Berdasarkan
Derajat Ketergantungan Klien dengan menggunakan Rumus Douglas (1984). Menurut Douglas (1994) Loveridge &
Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3
katagori. yaitu : 1) Minimal care memerlukan waktu 12 jam / 24
jam. 2)Partial care memerlukan waktu 34 jam/24 jam. 3)
Total care memerlukan waktu lebih dari 5 jam
Sebagai contoh, suatu
ruang rawat dengan 22 klien (3 klien dengan klasifikasi minimal, 14 klien
dengan klasifikasi parsial dan 5 klien dengan perawatan total) maka jumlah
perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi ialah:
Jumlah
Klien
|
KLASIFIKASI PASIEN
|
||||||||
Minimal
|
Parsial
|
Total
|
|||||||
Pagi
|
Siang
|
Malam
|
Pagi
|
Siang
|
Malam
|
Pagi
|
Siang
|
Malam
|
|
1
|
0,17
|
0,14
|
0,07
|
0,27
|
0,15
|
0,10
|
0,36
|
0,30
|
0,20
|
2
|
0,34
|
0,28
|
0,14
|
0,54
|
0,30
|
0,20
|
0,72
|
0,60
|
0,40
|
3
|
0,51
|
0,42
|
0,21
|
0,81
|
0,45
|
0,30
|
0,108
|
0,90
|
0,60
|
Dst
|
3 x
0,17 = 0,51
14 x
0.27 = 3,78
5 x
0,36 = 1,90
Jumlah
6,09 -> 6
orang
2. Berdasarkan Pedoman Cara Perhitungan
Kebutuhan Tenaga Keperawatan (Direktorat Pelayanan Keperawatan, Depkes 2002)
Untuk menentukan kebutuhan tenaga keperawatan di
ruangan dapat diperhitungkan dan di pertimbangkan berdasarkan
Menetapkan jumlah
tenaga perawat sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.
Menurut Johnson ( 1984 ) yang dikutip oleh
Gillies,1989 bahwa klasifikasi pasien dibagi menjadi lima :
a. Tingkat ketergantungan I ( self care ), dengan
kondisi pasien sbb :
Makan sendiri atau dengan bantuan minimal,
kebersihan diri hampir seluruhnya dilakukan sendiri, eliminasi dilakukan di
kamar mandi tanpa bantuan , tidak mengalami inkontinentia.
b. Tingkat ketergantungan II ( minimal care ),
dengan kondisi pasien sbb :
Makan perlu bantuan dalam menyiapkan, mengatur
posisi dapat makan sendiri, kebersihan diri dapat dapat melakukan sendiri atau
dengan bantuan minimal, eliminasi perlu bantuan, dapat mobilisasi sendiri atau
engan bantuan minimal, tidak mengalami inkontinentia.
c. Tingkat ketergantungan III ( moderate care ),
dengan kondisi pasien sbb :
Pasien tidak dapat mengunyah dan menelan, tidak
mampu melaksanakan kebersihan diri sendiri, eliminasi perlu bantuan bedpan,
kurang mampu mobilisasi sendiri. Inkontinentia .2 kali setiap shift perlu
bantuan untuk kenyamanan.
d. Tingkat
ketergantungan IV ( extensif care ), dengan kondisi pasien sbb :
Pasien tidak dapat makan sendiri, kesulitan
untuk mengunyah dan menelan, kemungkinan dipasang slang. Kebersihan diri perlu
bantuan secara total, eliminasi mengalami inkontinentia 2 kali tiap shift,
tidak mampu mengatur posisi sendiri perlu bantuan 2 orang untuk mengatur
posisi.
e. Tingkat ketergantungan V ( intensif care ),
dengan kondisi pasien sbb :
Diperlukan satu orang perawat untuk satu pasien
dalam melakukan observasi atau monitoring secara terus meneruis tiap shift.
Menurut Ann Mariner ( 1992 ), sesuai klasifikasi
pasien tersebut diatas, rata rata kebutuhan perawatan untuk self care adalah
1-2 jam /hari, minimal care 3-4 jam/hari, moderate care 5-6 jam/hari, extensif
care 7-8 jam/hari, dan intensif care 10-14 jam/hari.
Ditinjau dari keperawatan langsung dan
keperawatan tidak langsung. (perhitungan gillies)
Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
a. Waktu untuk keperawatan langsung. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
keperawatan langsung pada pasien yang didasarkan pada tingkat ketergantungan
pasien adalah 4-5 jam per pasien. ( Gillies 1989 ).
b. Waktu untuk keperawatan tidak langsung, Selain dibutuhkan waktu keperawatan langsung
juga dibutuhkan waktu keperawatan tidak langsung. Keperawatan
tidak langsung mencakup kegiatan perencanaan, menyediakan persiapan peralatan,
berbicara debngan anggota tim kesehatan lain, menulis dan membaca dokumentasi
pasien, melaporkan pada atasan maupun pada tim kesehatan lain. Pada umumnya
kebutuhan perawatan tidak langsung relatip sama meski tingkat ketergaantungan
dan penyakitnya berbeda. Dari hasil penelitian di R.S. Detroit ( Gillies,1989 )
rata-rata waktu keperawatan tidak langsung adalah 38 menit / pasien per hari,
sedang menurut Wolf ( 1965 ) adalah 60 menit/pasien per hari.
c. Waktu untuk penyuluhan kesehatan.
Waktu untuk memberikan pendidikan kesehatan merupakan aspek yang juga perlu
diperhitungkan dalam menentukan kebutuhan tenaga. Penyuluhan bersifat individu
sesuai diagnose, pengobatab dan keadaan pasien masing-masing.Waktu untuk
pendidikan kesehatan adalah 15 menit/pasien/hari termasuk dukungan emosional (
Gillies, 1 989 )
Maka untuk menghitung waktu yang dibutuhkan
untuk perawatan pasien adalah = waktu perawatan langsung + waktu perawatan
tidak langsung + waktu untuk penyuluhan kesehatan.
Kebutuhan tenaga dihitung berdasarkan beban
kerja perawat.
Hal hal yang perlu dipertimbangkan untuk
menentukan beban kerja perawat :
a. Jumlah pasien yang di rawat per hari, bulan,
tahun.
b. Tingkat ketergantungan pasien.
c. Rata-rata hari perawatan pasien.
d. Pengukuran perawatan Iangsung, tidak langsung.
dan penyuluhan kesehatan.
e. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibituhkan
pasien.
f. Rata-rata waktu untuk setiap tindakan.
Berdasarkan pembagian ruangan di rumah
sakit
1. Rawat Inap
- Berdasarkan Klasifikasi Klien
Cara perhitungan berdasarkan :
·
Tingkat
ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
·
Rata-rata pasien
perhari
·
Jam perawatan yg
diperlukan/hari/pasien
·
Jam perawatan yg
diperlukan/ruangan/hari
·
Jam kerja efektif
setiap perawatàn-> 7 jam/hari
Contoh : Cara perhitungan dalam satu ruangan :
No
|
Jenis/kategori
|
Rata-rata pasien/hari
|
Rata-rata jam pwt/pasien/hari
|
Jml jam perawat/hari
|
1.
|
Pasienpeny.dalam
|
10
|
3,5
|
35
|
2.
|
Pasien bedah
|
8
|
4
|
32
|
3.
|
Pasien gawat
|
1
|
10
|
10
|
4.
|
Pasien anak
|
3
|
4,5
|
13,5
|
5.
|
Pasien kebid.
|
1
|
2,5
|
2,5
|
Jumlah
|
23
|
93,0
|
Ket. :
Jadi jlm tenaga kep. Yg diperlukan adalah
Jlm jam perawatan
————————- = 93/7 à
13 perawat
Jam kerja efektif per shift
Untuk perhitungan jlm tenaga tsb perlu
ditambah (faktor koreksi):
Hari libur/cuti/hari besar (loss day) :
= 52 + 12 + 14 = 78 hari x 13 = 3.5
286
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan
tugas-tugas non kep. (non-nursing jobs) seperti contoh : membuat perincian
pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, dll
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan
Jlm tenaga : tenaga yg tersedia + faktor
koreksi 16.5 + 4.1 = 20.6 (dibulatkan 21 perawat)
Jadi tenaga kep. yg dibutuhkan untuk contoh di
atas adalah 21 orang.
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori
yg didasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan, meliputi :
·
Askep minimal
(minimal care)
·
Askep sedang
·
Askep agak berat
·
Askep maksimal
Kategori asuhan keperawatan pasien :
·
Askep minimal,
kriteria :
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dg pengawasan
4. Observasi ttv dilakukan setiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
·
Askep sedang,
kriteria :
1. Kebersihan diri dibantu. Makan minum dibantu
2. Observasi ttv setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
·
Askep agak berat,
kriteria :
1. Sebagian besar aktifitas dibantu
2. Observasi ttv setiap 2-4 jam sekali
3. Terpasang folley catheter. Intake output dicatat
4. Terpasang infus
5. Pengobatan lebih dari sekali
6. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
·
Askep maksimal,
kriteria :
1. Segala akifitas diberikan oleh perawat
2. Posisi diatur. Observasi ttv setiap 2 jam
3. Makan memerlukan NGT. Terapi intravena
4. Penggunaan suction
5. Gelisah/disorientasi
Contoh kasus :
No
|
Kategori
|
Rata-rata jml pasien/hari
(risetLN)
|
Jml jam prwt/hari
|
Jml jam prwat/hari
(c x d)
|
a
1.
2.
3.
4.
Jumlah
|
b
Askep
minimal
Askep
sedang
Askep
agak berat
Askep
minimal
|
C
7
7
11
1
26
|
d
2
3.08
4.15
6.16
|
e
14
21.56
45.65
6.16
87.37
|
Untuk perhitungan jlm tenaga tsb perlu ditambah
(faktor koreksi) dengan :
Hari libur/cuti/hari besar (loss day)
= 52 + 12 + 14 =
78 hari x 12.5 = 3.4 orang
286
Tenaga kep. yg mengerjakan pekerjaan non kep.
(non-nursing jobs) seperti contohnya : membuat perincian pasien pulang,
kebersihan ruangan, kebersihan alat2 makan pasien, dll diperkirakan 25% dari
jam pelayanan keperawatan
= 12.5 + 3.4 x 25 = 3.9
100
Jlm tenaga : tenaga yg tersedia + faktor koreksi
15.9 + 3.9 = 19.8 (dibulatkan 20 perawat)
Jadi tenaga kep. Yg dibutuhkan dalam contoh
kasus di atas adalah sebanyak 20 orang.
2.
Kamar Operasi
2.1 Di kamar Operasi
Dasar perhitungan tenaga di kamar operasi
1. Jumlah dan jenis operasi
2. Jumlah kamar operasi
3. Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam
perhari) pada hari kerja
4. Tugas perawat di kamar operasi:
instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang /tim)
5. Ketergantungan pasien :
- Operasi besar : 5 jam/1 operasi
- Operasi sedang : 2 jam/1 operasi
- Operasi kecil : 1 jam/ 1 operasi
Contoh kasus :
Dalam suatu RS terdapat 30 operasi perhari,
dengan perincian :
- Operasi besar
: 6 orang
- Operasi sedang : 15 orang
- Operasi kecil
: 9 orang
Perhitungan kebuth. Tenaga kep. Sbb:
= [(6×5 jam) + (15×2 jam) +(9×1 jam)] x 2 = 19.71 +1
(pwt cadangan inti)
7 jam
Jadi jlm tenaga kep. Yg dibutuhkan di kamar
operasi untuk contoh kasus di atas 20 orang.
2.2. Di ruang penerimaan dan RR
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15
menit
ketergantungan pasien di RR : 1 jam
1.25 x 30 = 5.3 orang (dibulatkan 5 orang)
7 Jadi jlm tenaga kep. Yang dibutuhkan di
ruangan penerimaan dan RR adalah 5 orang
Perhitungan di atas dg kondisi : alat tenun dan
set operasi dipersiapkan oleh CSSD.
3. Gawat Darurat
Dasar perhitungan di unit gawat darurat adalah:
a. Rata-rata jlm pasien per hari
b. jumlah jam perawatan per hari
c. Jam efektif perawat/hari
Contoh ;
Rata-rata jlm pasien/hari = 50
Jlm jam perawatan = 4 jam
Jam efektif/hari = 7 jam
Jadi kebuth. Tenaga perawat di IGD :
50 x 4
78
——– = 35.7 = 29 orang + loss day ( —- x 29) =7,9
~ 8
7
286
= 29 orang + 8 orang = 37 orang
4. Critical Care
Rata-rata jlm pasien/hari = 10
Jml jam perawatan/hari = 12
Jadi kebutuhan tenaga kep. di Critical care :
10 x
12
78
——— =17.15 = 17 orang + loss day (—- x 17 = 4,63
~ 5 orang
7
286
= 17orang + 5 Orang = 22 orang
5. Rawat Jalan
Rata-rata jumlah pasien 1 hari = 100
Jml jam pwt 1 hari = 15
Jadi kebutuhan tenaga kep. di rawat jalan :
100 x 15
15
———— = 4 orang + koreksi 15% = —- x 4 = 0,6 ~ 1
7 x 60
100
= 4 orang + 1 orang = 5 orang
6. Kamar Bersalin
a. Waktu yg diperlukan untuk pertolongan
persalinan mencakup kala I s/d IV = 4 jam/pasien
b. Jam efektif kerja bidan 7 jam/hari
c. Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10
pasien
Contoh : jumlah bidan yg diperlukan
10 ps x 4 jam/ps 40
——————— = —– = 5.7 = + 6 orang + loss day78/286
x 6 = 2
7
jam/hari 7
= 6 orang + 2 orang = 8 orang
Tahapan Perencanaan Asuhan Keperawatan
Langkah-langkah dalam
membuat perencanaan keperawatan meliputi: penetapan prioritas, penetapan tujuan
dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan yang
tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan
dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk
segera menetapkan prioritas diagnosa keperawatan dan intervensi yang penting
sesuai dengan kebutuhan klien (Potter & Perry, 1997).
Penetapan prioritas
bertujuan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan yang sesuai
dengan berbagai masalah klien (Carpenito, 1997). Penetapan prioritas dilakukan
karena tidak semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Salah satu
metode dalam menetapkan prioritas dengan mempergunakan hirarki kebutuhan
menurut Maslow. Prioritas dapat diklasifikasi menjadi tiga tingkatan, antara
lain high priority, intermediate priority, dan low priority. Dalam menetapkan
prioritas perawat juga harus memperhatikan nilai dan kepercayaan klien terhadap
kesehatan, prioritas klien, sumber yang tersedia untuk klien dan perawat,
pentingnya masalah kesehatan yang dihadapi, dan rencana pengobatan medis.
Diagnosa keperawatan
klien dan penetapan prioritas membantu dalam menentukan tujuan keperawatan.
Tujuan adalah petunjuk untuk menyeleksi intervensi keperawatan dan kriteria
hasil dalam mengevaluasi intervensi yang telah diberikan (McCloskey &
Bulechek, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Evaluasi kritis perawat dalam
menetapkan tujuan dan ukuran hasil yang diharapkan ditekankan pada diagnosa,
masalah yang mendesak, dan sumber-sumber klien serta sistem pelayanan
keperawatan (Bandman & Bandman, 1995, dalam Potter & Perry, 1997).
Langkah Perencanaan Asuhan Keperawatan
Langkah-langkah dalam
membuat perencanaan keperawatan meliputi: penetapan prioritas, penetapan tujuan
dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan yang
tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan
dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk
segera menetapkan prioritas diagnosa keperawatan dan intervensi yang penting
sesuai dengan kebutuhan klien (Potter & Perry, 1997).
DAFTAR
PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PERENCANAAN%20SDM_0.pdf
https://rurymaulidiasari.wordpress.com/2012/12/10/konsep-perencanaan-dalam-manajemen-keperawatan/
0 comments