MENERAPKAN
STRATEGI BERMAIN
DALAM
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
A. Pengertian
bermain
Hartati
(2005:85) menyatakan bahwa bermain adalah sebuah sarana yang dapat
mengembangkan anak secara optimal. sebab bermain berfungsi sebagai kekuatan
pengaruh terhadap perkembangan dan lewat bermain pula mendapatkan pengalaman
yang penting dalam dunia anak.
Hurlock
dalam Musfiroh (2005:2) menyatakan, bermain dapat diartikan sebagai kegiatan
yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir kegiatan
tersebut dilakaukan secara suka rela tanpa paksaan atau tanpa tekanan dari
pihak luar.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa dunia anak merupakan bermain, melalui bermain anak memperoleh
pengetahuan, pengalaman, memgenal lingkungan dan belajar. Bermain juga dapat
mengembangakan perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan perkembangan fisik,
dengan bermain anak dapat mengeluarkan emosi yang positf sehingga disaat
mendapatkan informasi yang baru maka menimbulkan rasa ingin tahu anak, sehingga
anak termotivasi untuk belajar, dengan aktifitas bermain anak dapat belajar
menulis, mengenal huruf, membaca dan berhitung
B. Fungsi
Bermain
Fungsi bermain pada anak memang begitu beragam. Anak
akan menemukan perkembangan fisik serta mental yang ia miliki. Melalui
permainan pula, seorang anak akan mampu mempelajari begitu banyak hal bahkan
anak mendapatkan sistem pemecahan masalah yang jauh lebih baik daripada
anak-anak yang tidak banyak bermain. Dunia anak adalah dunia bermain, jadi
jangan paksakan anak untuk terus belajar dan melakukan latihan banyak soal
setiap harinya. Biarkan anak bermain karena fungsi bermain pada anak begitu
banyak seperti yang akan dijabarkan berikut ini.
1.
Melatih
perkembangan sensorik serta motorik
Melalui permainan, anak akan menjadi terlatih ketika
melakukan beragam aktivitas sensorik serta motorik. Permainan aktif melatih
panca indera sang anak karena dengan permainan maka semua anggota panca indera
anak akan tergerak untuk melakukan sesuatu. Sebagai hasilnya, organ sensorik
dan motorik akan semakin baik.
2.
Mengasah
memori otak
Anak kecil mempunyai organ memori yang belum banyak
terisi oleh beragam hal. Oleh karena itu, melalui bermain anak bisa
mengembangkan kemampuan memori yang ia miliki. Anak akan mengekplorasi serta
melihat benda yang ada di sekitarnya. Ia terus mempelajarinya dan kemudian
mengenal benda-benda dengan warna yang berbeda secara sempurna. Semakin anak
bermain, maka otaknya akan semakin terasah dan ia mampu mendapatkan
perkembangan memori yang jauh lebih baik.
3.
Mengembangkan
etika
Ketika anak bermain, maka ia melakukan banyak hal
bersama teman-temannya. Ia mempelajari banyak aturan, mempunyai tingkat
sportivitas, dan tentu saja belajar bagaimana membangun etika yang benar. Anak
tidak mudah curang ketika berhadapan dengan aturan pada dunia yang sebenarnya,
karena ia telah terlatih untuk melakukan banyak hal dengan baik.
4.
Meningkatkan
kreativitas anak
Di dalam melakukan permainan, anak-anak dapat
mengeksplorasi dan menerapkan banyak ide yang terkait dengan sistem permainan.
Semakin banyak media dan jenis permainan yang mereka mainkan, maka akan semakin
banyak ide bermunculan. Ketika kreatifitas tersebut terus diasah, maka anak
bisa menemukan ide-ide cemerlang pada masa yang akan datang.
C. Jenis
Permainan Sesuai usia anak
1. 0-3
bulan
Alat yang disediakan adalah untuk merangsang
stimulasi sensorik, misalnya: bel, gambar-gambar yang warnanya mencolok,
benda-benda yang memiliki bermacam-macam tekstur dan suara, mainan gantung,
music box, dan lain-lain.
2. 3-6
bulan
Pada usia ini, bayi mulai menggenggam. Oleh karena
itu, permainan yang disediakan adalah jenis permainan untuk menggenggam,
meremas, dirasakan dan untuk digigit (soft toys, teething toys)
3. 12-15
bulan
Buku bergambar yang berwarna-warni,
menyusun balok, bermain dengan kaca, air, telepon mainan. Lempar bola, mainan
yang dapat didorong dan ditarik, puzzle sederhana. Bermain pasir dan air,
boneka, miniatur binatang
4. 2
tahun
Ayunan, sepeda roda tiga (hanya
duduk dan didorong), mainan yang dapat ditarik dan didorong, bermain cat dengan
tangan (finger-paint), bermain dengan air, balok, buku, boneka
5. 3
tahun
Mulai mengembangkan permainan
imajinasi: rumah boneka, bermain perang-perangan
6. 4
tahun
Bermain dengan sepeda (mulai
mengayuh sendiri), mewarnai, melukis, meronce
7. 5
tahun
Memotong dan menempel, mulai
menyukai permainan yang mempunyai aturan sederhana, misalnya ular
tangga, smart board.
D. Faktor
– Faktor yang mempengaruhi bermain pada anak
Menurut
Elizabeth Hurlock, jika diamati secara cermat, ada berbagai variasi kegiatan bermain yang
dilakukan anak, dan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a. Kesehatan
Anak
yang sehat cenderung akan memilih berbagai jenis kegiatan bermain aktif
daripada pasif, karena banyaknya energi yang dimiliki anak, membuatnya
lebihaktif dan ingin menyalurkan energinya tersebut. Sementara anak yang kurang
sehat akan mudah lelah ketika bermain sehingga lebih menyukai bermain pasif
karena tidak membutuhkan banyak energi.
b. Perkembangan
Motorik
Kegiatan bermain
aktif lebih banyak menggunakan keterampilan motorik terutama motorik kasar. Sedangkan
bermain pasif kurang melibatkan keterampilan dan koordinasi motorik. Dengan
demikian anak yang memiliki keterampilan motorik yang baik akan lebih banyak
memilih kegiatan bermain aktif dan begitu pula sebaliknya anak yang kurang
terampil motoriknya cenderung memilih kegiatan bermain yang pasif.
E. Pedoman
Keamanan bermain
SNI ISO 8124-1:2010, Keamanan
Mainan – Bagian 1: Aspek keamanan yang berhubungan dengan sifat fisis dan
mekanis.
SNI ISO 8124-2:2010, Keamanan
Mainan – Bagian 2: Sifat mudah terbakar.
SNI ISO 8124-3:2010, Keamanan
Mainan – Bagian 3: Migrasi unsur tertentu.
SNI ISO 8124-4:2010, Keamanan
Mainan – Bagian 4: Ayunan, seluncuran dan mainan aktivitas sejenis untuk
pemakaian di dalam dan di luar lingkungan tempat tinggal.
Persyaratan dalam SNI tersebut
berlaku untuk semua mainan anak. Yang dimaksud dengan mainan anak adalah suatu
barang atau bahan yang dirancang, atau secara jelas dimaksudkan, untuk
digunakan dalam bermain oleh anak-anak kelompok usia di bawah 14 tahun.
(SNI ISO 8124-1:2010) 02 04 05
F. MEMILIH
MAINAN ANAK
Memilih mainan yang tepat dan aman
untuk anak sering menjadi dilema bagi orang tua. Ada banyak mainan dengan model
yang menarik terpajang rapi di toko. Ditambah lagi, terdapat di antaranya
beberapa jenis mainan terbaru yang sedang menjadi tren. Orang tua sering
beranggapan membelikan mainan anak yang menarik dan sedang tren, pasti akan
membuat anak senang.
Memilih mainan untuk anak hanya
berdasarkan model atau tren, bukanlah suatu pertimbangan yang tepat. Sebab,
suatu mainan itu tidak selalu cocok untuk semua anak. Memilih mainan untuk
anak, harus mempertimbangkan kondisi perkembangan dan pertumbuhan anak serta
usia. Memilih mainan untuk anak tidak boleh semata-mata hanya untuk
menyenangkan anak, tetapi juga harus menjadi bagian penting dalam proses tumbuh
kembang mereka.
Berikut ini beberapa panduan
praktis yang perlu diperhatikan orang tua pada saat memilih mainan anak.
Label.
Sebelum membeli mainan untuk anak,
bacalah terlebih dahulu label mainan. Sesuaikan informasi label mainan itu
dengan kondisi anak. Pemberian label pada mainan didasarkan pada 4 kriteria,
yakni: keamanan, kemampuan fisik anak, kemampuan mental, dan minat anak.
Pesan
Seperti “direkomendasikan untuk
anak usia 3-4 tahun” merupakan pedoman yang perlu diperhatikan. Saran usia ini
akan membantu orang tua menentukan peruntukan mainan sesuai dengan kondisi
anak. Meskipun anak menunjukkan perkembangan yang lebih maju dibandingkan
anak-anak lain seusianya, bukan berarti Anda boleh memilihkan mainan untuk anak
berusia lebih tua daripadanya.
-
Usahakan lebih banyak memilih mainan
yang dapat mendukung perkembangan anak, baik secara motorik-sensorik
maupun pikiran anak seperti puzzle atau mainan bermanfaat lainnya.
-
Jika mainan terbuat dari kain, pilih
yang memiliki label tahan api (flame resistant).
-
Pilih boneka yang mencantumkan label
dapat dicuci (washable).
-
Bahan-bahan seni seperti krayon, spidol
warna, cat air atau cat minyak harus mencantumkan keterangan tidak beracun
(non-toxic).
1.
Bentuk Mainan.
Pilih jenis mainan yang memiliki
bentuk tidak berbahaya, misal berbentuk runcing. Hal ini untuk menghindarkan
anak dari kecelakaan yang mungkin terjadi akibat tertusuk oleh mainannya
sendiri.
-
Hindari mainan plastik tipis yang mudah
pecah menjadi potongan kecil dan meninggalkan tepian yang bergerigi tajam.
-
Mainan yang ditembakkan (misalkan dari
pistol-pistolan atau robot) juga berbahaya karena dapat mengenai mata teman
bermainnya ketika sedang bermain perang-perangan.
2.
Materi Mainan.
Pilihlah mainan yang terbuat dari
bahan atau material yang aman. Jangan membeli mainan berbahan logam kepada
anak, khususnya anak yang masih berusia di bawah 3 tahun.
Tanda
Standar.
Pilihlah mainan anak yang bertanda
suatu standar, contohnya: SNI, CE, dll. Mainan bertanda standar telah memenuhi
persyaratan keamanan yang ditentukan dalam standar. Produk mainan bertanda
standar memiliki jaminan keamanan dan keselamatan yang dikukuhkan dengan
sertifikasi dari lembaga pengujian yang berwenang.
Ukuran
Mainan.
Perhatikan ukuran mainan atau
komponen yang menjadi bagian dari mainan tersebut. Besar kecilnya ukuran sebuah
mainan akan berpengaruh pada keamanan anak sebagai penggunanya.
-
Untuk mainan dengan ukuran kecil yang
berdiameter kurang dari 1,75 inci atau 4,4 cm, jangan diberikan kepada anak
yang berumur kurang dari 3 tahun karena mainan itu dapat dimasukkan mulut dan
tertelan.
-
Cari mainan yang cukup kokoh untuk
menahan tarikan dan putaran. Pastikan semua bagian seperti mata, hidung,
kancing, dan bagian lain yang mudah lepas, terpasang dengan kuat. Bagian-bagian
ini berpotensi terlepas dan dimungkinkan dapat tertelan oleh anak.
-
Pastikan mainan untuk diremas,
kerincingan, serta mainan untuk gigitan bayi memiliki ukuran cukup besar
sehingga tidak muat dimasukkan ke dalam mulut.
G. BIMBINGAN
DAN PENGAWASAN
Bagian
Mekanis Mainan.
Bagian mekanis mainan perlu
mendapat perhatian. Unsur mekanis mainan biasanya berupa engsel, lipatan, tuas,
tali, karet dan sebagainya. Unsur mekanis mainan ini bisa membahayakan anak.
Pastikan bahwa bagianbagian mainan itu tidak membahayakan anak saat difungsikan.
Mainan
Bersuara.
Pastikan mainan tidak mengeluarkan
bunyi yang terlalu keras untuk telinga anak. Mainan bersuara (misalnya
kerincingan dan mainan musik) bisa menghasilkan suara bising sekeras suara
klakson mobil, apabila dibunyikan di dekat telinga anak. Suara yang dihasilkan
oleh mainan tersebut bisa menyebabkan kerusakan pendengaran.
Bertindak waspada dan hati-hati
dalam memilih mainan anak tidak cukup untuk melindungi anak. Kualitas mainan
yang baik tidak sepenuhnya menjamin keamanan dan keselamatan anak. Anak
kerapkali berperilaku tidak terduga. Perilaku ini juga terjadi saat anak
memperlakukan mainan. Anak sering memperlakukan mainan secara salah,
misalnya melempar, memukul-mukul, menarik-narik, dan sebagainya. Perilaku ini
berpotensi mendatangkan bahaya bagi anak.
Di sini orang dewasa, khususnya
orang tua, perlu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada anak, khususnya
tentang bagaimana memperlakukan mainan secara benar. Cara efektif untuk hal ini
adalah dengan mengajak anak bermain bersama. Pada saat bermain bersama, orang
dewasa memberi contoh kepada anak mengenai cara aman dalam memainkan mainan.
Kalau pun anak bermain sendiri, harus tetap dalam pengawasan orang dewasa.
Jangan tinggalkan anak memainkan mainannya sendirian. Juga pada saat anak
memainkan mainannya bersama dengan teman sebaya, pengawasan harus
dilakukan secara lebih seksama.
“Pilih Mainan Sesuai Kondisi
Perkembangan dan Pertumbuhan Anak.”
H. MENJAGA
MAINAN ANAK
Menjaga dan memelihara mainan anak
merupakan bagian tidak terpisahkan dari aspek keamanan dan keselamatan.
Tujuannya adalah agar mainan itu tetap berfungsi baik pada saat dimainkan oleh
anak. Mainan yang tidak berfungsi baik, khususnya mainan yang memiliki
bagian mekanis, sangat berpotensi membahayakan anak. Berikut ini disampaikan
petunjuk praktis bagaimana menjaga dan memelihara mainan anak.
•
Merapihkan Mainan. Ajarkan anak selalu
merapihkan mainannya setelah bermain dan menyimpan mainan itu pada tempat yang
telah disediakan. Mainan yang dirapihkan akan menjaga kondisi mainan itu
berfungsi baik sekaligus dapat menciptakan kondisi dan lingkungan rumah yang
aman.
•
Rutin Memeriksa Mainan. Secara rutin
memeriksa mainan anak untuk memastikan kondisi mainan tetap bersih dan
berfungsi baik. Bila kotor mainan itu harus dicuci dan bila ada bagian yang
rusak diperbaiki. Singkirkan dan buanglah mainan yang sudah rusak dan
berpotensi membahayakan anak.
•
Tempat Mainan. Buatlah tempat khusus
untuk menyimpan maian anak. Tempat mainan bisa berupa sebuah kotak mainan,
sebuah keranjang, troli supermarket, tas atau kotak kardus. Letakkan tempat
mainan di suatu tempat yang mudah diakses dan dijangkau anak serta terbuka
untuk memudahkan pengawasan.
B. Alat
Permainan Edukasi (APE)
Alat
Permainan Edukasi diciptakan selain untuk bermain juga memberikan pelajaranan
untuk anak serta pengalaman lainnya sesuai dengan usia mereka nilah
jenis-Jenis APE yang perlu diketahui
1.
APE CIPTAAN MONTESSORI
Beberapa lembaga Luar dan dalam negeri telah banyak
menggunakan dan mengembangkan APE berdasarkan ciptaan Dr. Maria Montessori ini.
Dr. Maria Montessori menciptakan alat permaina edukatif yang memudahkan anak
mengingat konsep-konsep yang akan dipelajari tanpa perlu bimbingan sehingga
memungkinkan anak bekerja secara mandiri. APE ciptaannya teah dirancang
sedemikian rupa sehingga anak mudah memeriksa sendiri bila salah dan segera
menyadarinya.
Jenis APE yang telah dikembangkan di
Indonesia berkar dari konsep Montessori. Di antaranya adalah papan bentuk
bidang I dan papan bentuk bidan II serta kantong keterampilan tangan untuk
melatih kemadirian.
2. APE
UNTUK KEMAMPUAN BERBAHASA PEABODY
Alat Permainan edukatif APE yang dikembangkan
Elizabeth Peabody yang terdiri atas dua boneka tangan yang berfungsi sebagai
tokoh mediator, yaitu tokoh P. Mooney dan Joey. Boneka dilengkapi papan magnet,
gambar-gambar, piringan hitam berisi lagu, dan tema cerita serta kantong pintar
sebagai pelengkap.
APE karya Peabody ini memberikan program
pengetahuan dasar yang mengacu pada aspek pengembangan bahasa, yaitu kosakata
yang dekat dengan anak. Tema-tema yang dipilih dan diramu harus relevan dengan
pengetahuan dan budaya anak setempat.
Dewasa ini konsep APE yang dikembangkan
Elizabeth Peabody ini, merupakan cikal bakal tumbuhnya pengembang boneka tangan
dan boneka jari dalam pembelajaran yang banyak dilakukan dilembaga-lembaga PAUD
di Indonesia.
3.
BALOK CRUISSENIRE
George Cruissenaire menciptakan balok
Cruissenaire untuk mengembangkan kemampuan berhitung pada anak, pengenalan bilangan,
dan untuk meningkatkan keterampilan anak dalam bernalar.
4. APE
CIPTAAN FROEBEL
Froebel memiliki alat khusus yang dikenal
dengan balok Blocdoss. APE ini berupa balok bangunan, yaitu suatu kotak besar
berukuran 20 x 20 cm yang terdiri dxari balok-balok kecil berbagai ukuran yang
merupakan kelipatannya.
Balok Blocdoss dikenal dengan istilah kotak
kubus dalam program pendidikan TK di Indonesia. Kotak kubus ini banyak
digunakan sebagai salah salah jenis APE untuk melatih motorik dn daya nalar
anak.
5.
BONEKA JARI
Boneka jari ini terbuat dari kain yang tidak
mudah robek dan lembut sifatnya, diantaranya dari kain planel, kain woll atau
kain perca. Untuk membuat boneka jari ini, kain dibentuk sesuai dengan figur
cerita. Satu narasi bisa dapat memerlukan hingga 10 boneka. Banyak bentuk dan
jenis boneka jari sesuai dengan tema yang ingin dimainkan, ada seri tertentu
seperti seri binatang, keluarga, kartun dan lain sebagainya.
6. PUZZLE
BESAR
Legpuzzel atau teka-teki ini untuk dimainkan
anak usia 5 tahun. Permainan ini dari triplek yang terdiri dari dua bagian
dengan ukuran yang sama. Satu bagian dibuat lukisan sederhana.
Tujuan permainan ini adalah agar anak
mengenal bentuk, melatih daya pengamatan dan daya konsentrasi anak, serta
melatih keterampilan jari-jari anak.
7. KOTAK
ALFABET
Kotak ini berisi huruf-huruf alfabet yang
dibuat di atas potongan karton dupleks berukuran 5 x 5 cm. Permaian ini dibuat
untu anak yang berumur 5 tahun yang sedang belajar membaca.
8.
KARTU LAMBANG BILANGAN
Kartu ini berisikan tulisan angka dari 1
sampai dedngan 50, 1 sampai dengan 100, dan sebagainya. Kartu ini dibuat dari
bahan kertas dupleks berukuran 5 x 5 cm. tujuan permainan ini adalah agar anak
mengenal lambang bilangan, dan belajar menghitung.
9. KARTU
PASANGAN
Kartu ini dimainkan anank usia 4 – 6 tahun.
Permainan ini terbuat dari bahahn kertas dupleks berukuran 10 – 8 cm. setiap
kartu diberi gabar secara berpasangan.
10. PUZZLE
JAM
Pezzle
ini terbuat dari tripleks ukuran 30 x 20 cm, sesuai untuk anank usia 5 – 6
tahun. Papan terbuat dari bahan yang sama, diberi gambar sebuah jam lengkap
dengan jarum penunjuk.
11. LOTO
WARNA
Permainan
ini untuk anak usia 3 – 4 tahun dibuat dari triplek atau dupleks yang bentuk
sedemikian rupa dapat dimainkan secara perorangan atau bersama-sama
kelompoknya.
12. LOTO
WARNA DAN BENTUK
Permainan
ini dapat dimainkan secara perorangan atau kelompok oleh anak usia 4 tahun ke
atas. Dibuat dari triplek atau dupleks, dan permainan ini terdiri dari papan
loto berukuran 17,5 x 17,5 cm dan 9 kartu loto. Papan loto dibuat 9 bagian.
Masing-masing bagian ditempeli dengan bentuk dan warna yang berbeda-beda.
Tujuan permainan ini adalah untuk mengembangkandan konsentrasi dan pengamatan
anak. Cara bermainnya adalah dengan cara mencampuradukan kartu loto. Kemudian
mintalah anak untuk menyusun kartu loto di atas papan loto yang sesuai dengan
warna dan bentuk pada setiap bagian.
13. APE
ALTERNATIF TRADISIONAL
APE
yang dibuat dengan memanfaatkan sumber bahan dari lingkungan dan alam sekitar,
dengan pengembangan permainan tradisional secara langsung disesuaikan untuk
kebutuhan main anak. Ape ini dapat divariasikan dalam kegiatan bermain seperti
main peran dan sentra alam.
0 comments