Sunday, September 2, 2018

REAKSI WANITA HIPER-MASKULIN, DAN REAKSI WANITA YANG TOTAL PASIF.


REAKSI WANITA HIPER-MASKULIN, DAN REAKSI WANITA YANG TOTAL PASIF.

Wanita-wanita yang sangat aktif dan hiper-maskulin bersifat kejantan-jantanan ekstrim, sejak mula pertama kehamilannya senantiasa diombang-ambingkan diantara kekinginan instinktif untuk memiliki seorang anak melawan rasa keengganan untuk melahirkan anak sendiri, karena anak tersebut diduga bisa menghambat kariere dan kebahagiannya. Kehidupan emosionalnya senantiasa goyah dilanda kerinduan cinta pada seorang anak kontra kebencian akan mendapat keturunan. Kedua gejala tersebut bisa memuncak, lalu meletus jadi fenomena neurotis yang obsesif. Sebagai akibatnya, wanita tersebut tidak mempunyai kepercayaan diri, dan  sering dikacau oleh gangguan-gangguan saraf, antara lain berupa :
Migrane (kapialu) atau sakit kepala yang henbat pada satu sisi kepalanya. Juga muncul banyak konflik dalam batinnya.
Apabila wanita yang sedemikian ini pada suatu saat benar-benar menjadi hamil, maka konflik-konflik batinnya menjadi semakin akut. Kehamilannya dirasakan sebagai suatu “peristiwa mimpi” atau dirasakan sebagai pengalaman somnabulistis, seperti mimpi berjalan. Dan selalu saja ia dikejar-kejar oleh emosi-emosi yang antagonistis.
Dia juga dimuati oleh macam-macam kecemasan, yaitu : cemas kalau sang bayi akan menghambat profesinya, bisa mematikan segala bakat dan kemampuan ibunya: kecemasan merasa kalau ia tidak mampu memelihara bayina. Cemas kalau ia tidak bisa membagi waktunya untuk menjamin kelancaran rumah tangga, mengasuh anak dan mencapai karir dalam profesinya, dan lain-lain. Jelaslah, bahwa sumber dari konflik-konflik batin tadi ialah :
-          Bertandingnya konflik-konflik yang lebih fundamental, yaitu antara dorongan maskulinitas melawan dorongan faminitasnya.
-          Dorongan measkulinitas lebih memberatkan prestasi, kariere dan jabatan : sedang dorongan faminitas secara naluriah menginginkan seorang anak sendiri.
Selanjutnya, pada saat kelahiran bayinya, wanita yang bersifat hiper-maskulin ini akan berusaha mengatasi ketakutan dan kesakitan jasmaninya dengan usaha sendiri dan menganggap kelahiran bayinya sebagai suatu “prestasi pribadi”. Akan tetapi oleh karena udaha tersebut sifatnya sangat maskulin agresif, maka kegiatan tersebut justru mengacaukan kelahiran yang normal, dan semakin mempersulit kelahiran bayinya dengan kemampuan sendiri. Lalu dia bersikap hiper-pasif dan membiarkan para dokter serta bidan melahirkan bayinya melalui upaya pembedahan Caesar.
Kebaikan yang ekstrim dari wanita hiperaktif ialah wanita yang mengalami proses kelahiran bayinya secara total-pasif. Selama kehamilannya, wanita yang hper-pasif ini sama sekali tidak menyadari keadaan dirinya, dan tidak merasa bertanggung jawab pada segala sesuatu yang akan terjadi pada dirinya. Ia Cuma tahu bahwa “perutnya” secara kebetulan ketempatan ‘satu buah janin” yang kelak lahir dari dirinya. Selanjutnya, alam, Tuhan, para bidan, para dokterlah yang harus bertanggung jawab akan kelahiran bayinya kelak, misalnya dengan melakukan pembedahan Caesar.
Wanita tersebut tidak tahu bagaimana seharusnya ia bersikap dan bertingkah laku. Ia merasa tidak perlu mengetahui secara mendetil keadaan dirinya yang tengah hamil, karena hal ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak berguna, atau sebagai urusan ibunya atau suaminya dan bisa mengganggu ketenangan batinnya. Secara membuta ia mengikuti saja semua sugesti dan instruksi orang lain dan bagaikan anak-anak kecil yang masih senang bermain-main. Ia memusatkan segenap minatnya pada upaya menghilangkan semua bentuk ketakutan dan bentuk kesakitan jasmaninya.
Tingkah laku wanita yang total-pasif selama kehamilannya sangat khas, yaitu :
1)      Selalu bergantung dan menempel pada ibunya atau subtitut/pengganti ibunya.
2)      Ia menyuruh suaminya sebanyak mungkin melakukan semua tugas-tugasnya.
3)      Pada umumnya semua tingkah lakunya sangat infantile, kebayi-bayian, kekanak-kanakan, lincah gembira seakan-akan dunia ini penuh dengan nyanyian ria dan mainan belaka.
4)      Tetapi saja ia bersikap sangat pasif.
5)      Maka di tengah kelincahan, kegembiraan hati dan kondisi perutnya yang semakin membesar, penampakan dirinya benar-benar menyerupai seorang gadis cilik yang tengah asik bermain-main dengan bonekanya.
6)      Jika kehamilannya sudah menjadi semakin tua, wanita tersebut bisaanya jadi sangat tidak sabaran dan menjadi semakin pasif. Ia banyak mengeluh dan selalu saja mendesak-desak lingkungannya agar kelahiran bayinya bisa dipercepat.
7)      Wanita yang pasif dan infantile ini mengalami kehamilan dan kelahiran bayinya bagaikan satu peristiwa magis yang menakjubkan.
8)      Otomatis ia menyatakan kepada dunia luar adanya “sesuatu benda” yang diinjeksikan/dimasukkan kedalam rahimnya, melalui coitus, secara tidak sadar atau secara setengah sadar.
9)      Sama sekali ia tidak merasa bertanggung jawab akan mati ata hidupnya benda yang dititipkan dalam rahimnya itu.
10)  Semua sikap tidak senang dan sikap bermusuh terhadap ibunya sendiri (jika hal ini ada), menjadi lenyap hilang sejak masa kehamilannya, sebab, sejak saat kehamilannya wanita tersebut ingin menyerahkan semua tanggung jawab sendiri, dan menyerahkan anaknya yangbakal lahir kepada ibunya, yaitu anak yang dianggap sebagai endo-parasit, dan sebaiknya kelak diserahkan  saja pada pertanggungjawaban ibunya.
11)  Oleh sikap sedemikian ini, pada umumnya ia sangat mengharapkan agar ibunya bersedia terus menerus menunggui dirinya disaat ia hamil dan melahirkan bayinya untuk memberikan asistensi pada kelahiran janinnya.

PERIODE POST-NATAL DAN ARTI KELAHIRAN BAYI
Kelahiran bayi itu bisa dilihat sebagai peristiwa yang sangat analog atau sangat mirip dengan peristiwa coitus, jika dibandingkan dengan fungsi-fungsi jasmaniah lainnya. Pikiran kita membayangkan kejadian sebagai berikut : peristiwa kelahiran bayi bersama dengan peristiwa coitus itu kita lihat sebagai satu proses tunggal yang diawali dengan kegiatan menerima pada diri wanita, kemudian disusul dengan proses menyimpan / memupuk, dan diakhiri dengan proses pelontaran keluar.
Terutama hal ini akan cocok dan mirip sekali jika kedia peristiwa tadi kita rangkumkan dalam kaitan kerangka biologis. Tambahan lagi, secara biologis eksistensi manusia itu diawali dengan momen pembuahan sel-telur oelh sel-seperma, kemudai dilanjutkan dengan periode kehamilan, dan berakhir dengan satu klimaks yaitu kelahiran sang bayi.

Load disqus comments

0 comments