REAKSI WANITA
HIPER-MASKULIN, DAN REAKSI WANITA YANG TOTAL PASIF.
Wanita-wanita yang sangat aktif dan hiper-maskulin bersifat
kejantan-jantanan ekstrim, sejak mula pertama kehamilannya senantiasa
diombang-ambingkan diantara kekinginan instinktif untuk memiliki seorang anak
melawan rasa keengganan untuk melahirkan anak sendiri, karena anak tersebut
diduga bisa menghambat kariere dan kebahagiannya. Kehidupan emosionalnya
senantiasa goyah dilanda kerinduan cinta pada seorang anak kontra kebencian
akan mendapat keturunan. Kedua gejala tersebut bisa memuncak, lalu meletus jadi
fenomena neurotis yang obsesif. Sebagai akibatnya, wanita
tersebut tidak mempunyai kepercayaan diri, dan
sering dikacau oleh gangguan-gangguan saraf, antara lain berupa :
Migrane (kapialu) atau sakit kepala yang
henbat pada satu sisi kepalanya. Juga muncul banyak konflik dalam batinnya.
Apabila wanita yang sedemikian ini pada
suatu saat benar-benar menjadi hamil, maka konflik-konflik batinnya menjadi
semakin akut. Kehamilannya dirasakan sebagai suatu “peristiwa mimpi” atau
dirasakan sebagai pengalaman somnabulistis,
seperti mimpi berjalan. Dan selalu saja ia dikejar-kejar oleh emosi-emosi
yang antagonistis.
Dia juga dimuati oleh macam-macam
kecemasan, yaitu : cemas kalau sang bayi akan menghambat profesinya, bisa
mematikan segala bakat dan kemampuan ibunya: kecemasan merasa kalau ia tidak
mampu memelihara bayina. Cemas kalau ia tidak bisa membagi waktunya untuk
menjamin kelancaran rumah tangga, mengasuh anak dan mencapai karir dalam profesinya,
dan lain-lain. Jelaslah, bahwa sumber dari konflik-konflik batin tadi ialah :
-
Bertandingnya
konflik-konflik yang lebih fundamental, yaitu antara dorongan maskulinitas
melawan dorongan faminitasnya.
-
Dorongan
measkulinitas lebih memberatkan prestasi, kariere dan jabatan : sedang dorongan
faminitas secara naluriah menginginkan seorang anak sendiri.
Selanjutnya, pada saat kelahiran
bayinya, wanita yang bersifat hiper-maskulin ini akan berusaha mengatasi
ketakutan dan kesakitan jasmaninya dengan usaha sendiri dan menganggap
kelahiran bayinya sebagai suatu “prestasi pribadi”. Akan tetapi oleh karena
udaha tersebut sifatnya sangat maskulin agresif, maka kegiatan tersebut justru
mengacaukan kelahiran yang normal, dan semakin mempersulit kelahiran bayinya dengan
kemampuan sendiri. Lalu dia bersikap hiper-pasif dan membiarkan para dokter
serta bidan melahirkan bayinya melalui upaya pembedahan Caesar.
Kebaikan yang ekstrim dari wanita
hiperaktif ialah wanita yang mengalami proses kelahiran bayinya secara total-pasif.
Selama kehamilannya, wanita yang hper-pasif ini sama sekali tidak menyadari
keadaan dirinya, dan tidak merasa bertanggung jawab pada segala sesuatu yang
akan terjadi pada dirinya. Ia Cuma tahu bahwa “perutnya” secara kebetulan
ketempatan ‘satu buah janin” yang kelak lahir dari dirinya. Selanjutnya, alam,
Tuhan, para bidan, para dokterlah yang harus bertanggung jawab akan kelahiran
bayinya kelak, misalnya dengan melakukan pembedahan Caesar.
Wanita tersebut tidak tahu bagaimana
seharusnya ia bersikap dan bertingkah laku. Ia merasa tidak perlu mengetahui
secara mendetil keadaan dirinya yang tengah hamil, karena hal ini dianggap
sebagai sesuatu yang tidak berguna, atau sebagai urusan ibunya atau suaminya
dan bisa mengganggu ketenangan batinnya. Secara membuta ia mengikuti saja semua
sugesti dan instruksi orang lain dan bagaikan anak-anak kecil yang masih senang
bermain-main. Ia memusatkan segenap minatnya pada upaya menghilangkan semua
bentuk ketakutan dan bentuk kesakitan jasmaninya.
Tingkah laku wanita yang total-pasif
selama kehamilannya sangat khas, yaitu :
1)
Selalu
bergantung dan menempel pada ibunya atau subtitut/pengganti ibunya.
2)
Ia
menyuruh suaminya sebanyak mungkin melakukan semua tugas-tugasnya.
3)
Pada
umumnya semua tingkah lakunya sangat infantile, kebayi-bayian, kekanak-kanakan,
lincah gembira seakan-akan dunia ini penuh dengan nyanyian ria dan mainan
belaka.
4)
Tetapi
saja ia bersikap sangat pasif.
5)
Maka
di tengah kelincahan, kegembiraan hati dan kondisi perutnya yang semakin
membesar, penampakan dirinya benar-benar menyerupai seorang gadis cilik yang
tengah asik bermain-main dengan bonekanya.
6)
Jika
kehamilannya sudah menjadi semakin tua, wanita tersebut bisaanya jadi sangat
tidak sabaran dan menjadi semakin pasif. Ia banyak mengeluh dan selalu saja mendesak-desak
lingkungannya agar kelahiran bayinya bisa dipercepat.
7)
Wanita
yang pasif dan infantile ini mengalami kehamilan dan kelahiran bayinya bagaikan
satu peristiwa magis yang menakjubkan.
8)
Otomatis
ia menyatakan kepada dunia luar adanya “sesuatu benda” yang
diinjeksikan/dimasukkan kedalam rahimnya, melalui coitus, secara tidak sadar
atau secara setengah sadar.
9)
Sama
sekali ia tidak merasa bertanggung jawab akan mati ata hidupnya benda yang
dititipkan dalam rahimnya itu.
10) Semua sikap tidak
senang dan sikap bermusuh terhadap ibunya sendiri (jika hal ini ada), menjadi
lenyap hilang sejak masa kehamilannya, sebab, sejak saat kehamilannya wanita
tersebut ingin menyerahkan semua tanggung jawab sendiri, dan menyerahkan
anaknya yangbakal lahir kepada ibunya, yaitu anak yang dianggap sebagai
endo-parasit, dan sebaiknya kelak diserahkan
saja pada pertanggungjawaban ibunya.
11) Oleh sikap sedemikian
ini, pada umumnya ia sangat mengharapkan agar ibunya bersedia terus menerus
menunggui dirinya disaat ia hamil dan melahirkan bayinya untuk memberikan
asistensi pada kelahiran janinnya.
PERIODE
POST-NATAL DAN ARTI KELAHIRAN BAYI
Kelahiran bayi itu bisa dilihat sebagai peristiwa
yang sangat analog atau sangat mirip dengan peristiwa coitus, jika dibandingkan
dengan fungsi-fungsi jasmaniah lainnya. Pikiran kita membayangkan kejadian
sebagai berikut : peristiwa kelahiran bayi bersama dengan peristiwa coitus itu
kita lihat sebagai satu proses tunggal yang diawali dengan kegiatan menerima
pada diri wanita, kemudian disusul dengan proses menyimpan / memupuk, dan
diakhiri dengan proses pelontaran keluar.
Terutama hal ini akan cocok dan mirip sekali jika
kedia peristiwa tadi kita rangkumkan dalam kaitan kerangka biologis. Tambahan
lagi, secara biologis eksistensi manusia itu diawali dengan momen pembuahan
sel-telur oelh sel-seperma, kemudai dilanjutkan dengan periode kehamilan, dan
berakhir dengan satu klimaks yaitu kelahiran sang bayi.
0 comments